Film Agak Laen 2 Tembus Penonton Lebih Banyak dan Geser Film Pertamanya
Film Agak Laen 2 resmi melampaui jumlah penonton film pertamanya setelah 29 hari tayang di bioskop. Menurut rumah produksi Imajinari,...
Read more
Awal pekan di Washington D.C. kembali diwarnai manuver politik Presiden Donald Trump. Di sela-sela jadwal padat yang mencakup pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta pimpinan Kongres, Trump meluncurkan ancaman baru melalui media sosial. Kali ini, sasaran yang dipilih bukan soal perang dagang tradisional atau negosiasi politik, melainkan dunia perfilman internasional.
Trump menulis di platform media sosialnya bahwa industri film Amerika telah “dicuri” oleh negara lain. Ia berjanji akan memberlakukan tarif hingga 100% pada seluruh film yang diproduksi di luar Amerika Serikat. Klaim itu langsung menimbulkan kegaduhan, meski tidak semua pihak menanggapinya serius.
Bagi para pelaku industri, langkah ini terasa seperti pengulangan. Beberapa bulan lalu, Trump pernah menyuarakan ide serupa, namun tanpa penjelasan detail tentang bagaimana mekanismenya akan dijalankan. Karena film dianggap sebagai bentuk “jasa” alih-alih “barang,” sulit dibayangkan bagaimana sebuah tarif bisa diterapkan.
Seorang eksekutif studio besar mengaku, “Dia memang presiden, jadi harus ditanggapi serius. Tapi kenyataannya, orang-orang lebih banyak kebingungan daripada khawatir.”
Asosiasi industri film belum mengeluarkan pernyataan resmi, meskipun ancaman ini dipastikan menjadi topik dalam rapat rutin yang sudah dijadwalkan. Para pimpinan studio besar dan tim hubungan pemerintah tengah mencoba memahami potensi dampak kebijakan yang, sejauh ini, lebih terlihat sebagai retorika politik ketimbang rencana nyata.
Jika ancaman pertama pada musim semi lalu menimbulkan kehebohan dan diskusi panjang tentang implikasi internasional, kali ini reaksi yang muncul lebih beragam—dari keprihatinan ringan, sikap cuek, hingga nada sinis.
Sejumlah produser Eropa bahkan secara terang-terangan menyebut ancaman itu hanya “omong kosong.” Mereka menilai Trump tidak memahami bahwa perfilman adalah bisnis global yang melibatkan lintas negara dalam produksi, distribusi, hingga pembiayaan.
Phil Hunt, seorang produser Inggris, menyindir dengan tajam, “Ini hanya retorika konyol khas Trump. Dia tidak paham bahwa film bukanlah industri yang bisa dibatasi oleh perbatasan nasional.”
Pertanyaan utama yang menggantung adalah mekanisme. Bagaimana sebenarnya tarif bisa diberlakukan pada film? Tidak seperti mobil, baja, atau produk manufaktur lain, film tidak diangkut secara fisik dalam bentuk barang dagangan.
Stephen Weizenecker, seorang pengacara hiburan, mengingatkan bahwa sejak ancaman pertama, belum pernah ada penjelasan teknis dari pemerintah. “Siapa yang akan dikenai tarif? Distributor, produser, atau penonton?” tanyanya. “Ini membuat ancaman Trump terdengar lebih seperti strategi politik daripada kebijakan nyata.”
Meskipun banyak yang menertawakan ancaman tersebut, sejumlah pihak tetap mengkhawatirkan dampaknya jika benar diterapkan. Film-film independen atau karya auteur yang sering kali diproduksi di luar Amerika dengan anggaran terbatas bisa menjadi pihak paling dirugikan.
Charles Gillibert, produser asal Prancis, menegaskan bahwa tarif semacam itu bisa membuat banyak proyek film kecil batal dibuat. “Film seni dan independen tidak akan sanggup menanggung biaya tambahan,” ujarnya. Menurutnya, justru film-film seperti inilah yang sering membawa nama baik sinema Amerika ke kancah dunia.
Ironisnya, banyak seniman Amerika yang mendapat pengakuan internasional justru berkarya lewat proyek lintas negara. Jim Jarmusch, misalnya, baru saja meraih penghargaan bergengsi di Festival Film Venesia lewat karyanya yang sebagian besar diproduksi di Eropa. Jika tarif benar-benar diberlakukan, seniman semacam ini akan terkena dampak langsung.
Fakta lain yang mempersulit ancaman Trump adalah kenyataan bahwa banyak negara Eropa menawarkan subsidi besar untuk produksi film. Inggris, Hungaria, dan sejumlah negara lain menjadi lokasi favorit studio Hollywood karena mampu menekan biaya produksi hingga puluhan juta dolar dibanding syuting di California.
Hal ini menjadikan ancaman tarif tampak kontraproduktif. Alih-alih mendorong produksi kembali ke tanah Amerika, tarif justru bisa menekan peluang kolaborasi internasional yang selama ini menjadi kekuatan utama perfilman global.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Musim hujan sering membuat pemilik motor merasa percuma mencuci kendaraan. Hari ini dicuci, besok sudah kotor lagi. Tidak jarang motor...
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...