Kronologi Lengkap Kecelakaan Pesawat yang Merenggut Nyawa Panglima Militer Libya
Kepala Staf Angkatan Darat Libya, Letnan Jenderal Mohammed Ali Ahmed Al Haddad, dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat di Turki....
Read more
Krisis penyediaan listrik dan air menjadi akar ketidakpuasan publik di Madagaskar. Di tengah kondisi hidup yang makin sulit, generasi muda—atau Gen Z—bangkit menuntut perubahan nyata. Demonstrasi yang semula berfokus pada layanan dasar ini berkembang pesat dan menimbulkan tekanan besar kepada pemerintahan Presiden Andry Rajoelina.
Aksi protes ini bukan sekadar unjuk rasa rutin. Mereka menyuarakan kemarahan atas ketidakmampuan pemerintah menyediakan listrik dan air secara konsisten, masalah yang telah berlangsung lama dan berdampak luas pada kehidupan sehari-hari rakyat.
Protes meluas ke ibu kota Antananarivo, di mana kerumunan massa turun ke jalan, membawa spanduk tuntutan, serta meneriakkan seruan untuk perubahan. Simbol-simbol kemarahan dan kekecewaan pun muncul, seperti seruan “Leo” (berarti “kami muak”) dan slogan-slogan keadilan sosial.
Sikap tegas dari demonstran Gen Z ini pun menuntut respons yang sepadan dari pucuk kepemimpinan negara pulau tersebut.
Demonstrasi berjalan intens. Aparat keamanan merespons dengan penggunaan gas air mata untuk membubarkan kerumunan, termasuk di sekitar kampus dan pusat kota. Lokasi-lokasi strategis di Antananarivo menjadi medan aksi keras antara petugas dan demonstran.
Menurut laporan PBB melalui Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia, sedikitnya 22 orang tewas dalam bentrokan tersebut, sementara lebih dari 100 orang luka-luka. Beberapa korban merupakan demonstran, sedangkan yang lain diduga menjadi korban aksi kerusuhan atau penjarahan yang terjadi di tengah kekacauan. PBB menyatakan sebagian kematian muncul akibat respons keras aparat.
Sementara itu, pemerintah Madagaskar menyangkal angka tersebut, menyebut temuan PBB sebagai “berdasarkan rumor atau informasi yang belum diverifikasi.” Mereka belum merilis angka resmi korban tewas maupun luka-luka.
Di tengah situasi memanas, beberapa institusi dan infrastruktur menjadi sasaran aksi. Stasiun kereta gantung yang baru dibangun — sebagai bagian dari moda transportasi kota — beberapa bagiannya dibakar. Jalan di kota diblokade dengan ban terbakar dan batu. Beberapa rumah pejabat juga dilaporkan menjadi target.
Pemerintah memberlakukan jam malam sejak protes bermula, termasuk di Antananarivo dan kota utama lainnya, guna membatasi aktivitas massa saat malam hari.
Menanggapi eskalasi protes dan tekanan publik yang besar, Presiden Andry Rajoelina mengambil langkah drastis. Pada Senin, 29 September 2025, ia mengumumkan bahwa seluruh kabinet — termasuk Perdana Menteri Christian Ntsay — dibubarkan. Meskipun demikian, pejabat-pejabat tersebut akan tetap menjabat secara sementara sampai pemerintahan baru dibentuk.
Dalam pidato nasional yang disiarkan melalui televisi negara, Rajoelina menyampaikan bahwa tuntutan rakyat telah didengarkan. Ia meminta maaf jika memang ada anggota pemerintahan yang tidak menjalankan tugas sesuai harapan publik. Kata-kata pengakuan itu mencerminkan tekanan yang dialami rezimnya.
Presiden juga membuka peluang bagi warga untuk mengajukan diri sebagai calon pejabat kabinet baru, memperluas seleksi pemerintahan ke khalayak umum.
Rajoelina menyebut keputusannya sebagai upaya membuka ruang dialog dengan generasi muda, merespon kemarahan yang telah melanda masyarakat akibat pemadaman listrik dan krisis air yang merajalela.
Aksi protes di Madagaskar tidak muncul dalam kekosongan. Gelombang demonstrasi itu tampaknya terinspirasi dari gerakan sejenis di Nepal dan Kenya, di mana generasi muda mengambil alih panggung politik dan berhasil menghadirkan perubahan.
Dalam konteks global, gerakan Gen Z di berbagai negara telah menunjukkan bahwa mobilisasi media sosial dan solidaritas generasi muda bisa menjadi daya dorong perubahan.
Demonstran di Madagaskar pun sempat menggunakan bendera yang mirip dengan simbol yang sebelumnya muncul dalam protes di Nepal, serta taktik berbasis media digital sebagai media koordinasi dan penyebaran pesan.
Pembubaran pemerintah menandai titik kritis dalam sejarah politik Madagaskar. Tetapi lebih dari itu, konflik ini mencerminkan akar persoalan yang lebih dalam: legitimasi politik, kualitas layanan publik, dan kepercayaan warga terhadap institusi negara.
Ketidakstabilan ini juga bisa memperburuk ekonomi lokal, di mana bisnis dan perdagangan terganggu akibat kerusuhan dan jam malam. Investor bisa ragu berpihak, dan sektor publik mungkin kesulitan menstabilkan kembali pelayanan listrik dan air.
Bagi generasi muda, langkah Presiden mungkin belum cukup untuk memuaskan tuntutan mereka. Karena di balik demonstrasi ada harapan akan perbaikan jangka panjang, bukan sekadar pergantian wajah kabinet.
Protes Gen Z bermula, menyoroti pemadaman listrik dan krisis air → massa turun ke jalan, menyuarakan kemarahan.
Aksi meluas ke kota-kota utama, terutama Antananarivo, dengan blokade jalan dan pembakaran fasilitas.
Aparat keamanan merespons dengan gas air mata, membubarkan kerumunan, dan memberlakukan jam malam.
Laporan tewas dan luka muncul — PBB mencatat 22 tewas dan 100 lebih luka, pemerintah membantah.
Presiden Rajoelina mengumumkan pembubaran kabinet dan membuka seleksi pemerintahan baru.
Pejabat kabinet tetap menjabat sementara sambil proses pembentukan pemerintahan baru berlangsung.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Insiden wisatawan tenggelam kembali terjadi di Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Wisatawan diimbau tidak berenang di sejumlah titik pantai karena terdapat...
Langkah Jay Idzes menuju San Siro terus menjadi sorotan. Bek Timnas Indonesia yang kini tampil solid bersama Sassuolo disebut siap...