Omelete Tahu Gurih Renyah, Menu Hemat Favorit yang Selalu Bikin Kangen
Akhir bulan sering jadi momen paling jujur soal isi dapur. Stok bahan terbatas, tapi selera makan tetap ingin dimanjakan. Di...
Read more
Matcha, teh bubuk hijau yang kini mendunia, memiliki sejarah penuh keunikan. Meskipun banyak yang percaya bahwa matcha lahir dari rancangan sengaja, ada versi yang menyebut bahwa matcha muncul justru karena sebuah ketidaksengajaan.
Menurut kisah yang tersebar, matcha sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Proses pemanenannya berbeda dari teh biasa. Petani teh di Jepang pada masa lampau mencoba menutupi daun-daun teh dari sinar matahari, terutama di musim dingin, agar daun-daunnya tidak membeku atau rusak akibat cuaca dingin.
Saat daun teh yang ditutupi itu akhirnya disajikan dalam upacara minum teh, orang-orang melihat bahwa warnanya jauh lebih hijau pekat. Aroma dan rasa daun yang “terlindung” dari sinar matahari ini juga sedikit berbeda: rasa pahit dikombinasi umami yang lebih kuat. Warna daun yang hijau menyala itu kemudian disebut dengan “matcha”, dari kata matsu yang berarti cat, dan cha yang berarti teh.
Metode menanam dan memelihara teh untuk matcha memiliki beberapa tahap yang spesial:
Petani menutupi tanaman teh dengan pelindung agar sinar matahari langsung tidak mengenai daun dalam beberapa waktu. Hal ini memicu produksi klorofil dan asam amino dalam daun teh secara lebih optimal, sehingga rasa dan aroma menjadi lebih kaya.
Daun yang dipakai biasanya pucuk teh yang paling muda, dan bagian daun yang sering terkena sinar matahari langsung dihindari agar warna tetap hijau cerah.
Setelah daun dipanen, daun tersebut diolah secara khusus menjadi bubuk halus. Bubuk yang sangat halus serta teknik menggilingnya juga menentukan tekstur dan rasa akhir matcha. Semakin halus bubuknya, biasanya rasanya makin lembut.
Walaupun sama-sama berasal dari daun teh, matcha dan teh hijau biasa memiliki beberapa perbedaan mendasar:
Penyajian: Teh hijau biasa diseduh dengan daun teh dan disaring, sedangkan matcha menggunakan seluruh daun teh yang digiling menjadi bubuk, kemudian dilarutkan atau dikocok dengan air.
Rasa: Matcha memiliki rasa pahit yang khas, serta umami yang lebih menonjol dibanding teh hijau biasa, karena kandungan asam amino yang lebih tinggi akibat perlakuan khusus saat penanaman.
Warna: Warna matcha yang hijau pekat muncul karena klorofilnya terjaga dengan baik. Teh hijau biasa warnanya lebih pucat atau hijau biasa.
Tekstur dan aroma: Matcha bubuk yang halus memberikan aroma yang lebih kompleks, termasuk aroma rumput segar atau “vegetal”, berbeda dari aroma teh hijau seduhan biasa.
Seiring waktu, standar kualitas matcha dibuat semakin ketat:
Ada organisasi-organisasi di Jepang, seperti Japan Tea Central Public Interest Incorporated Association, yang membantu mengatur standar kualitas matcha secara umum.
Standar internasional (ISO) juga mulai mengakui kriteria tertentu dalam produksi matcha, terutama terkait warna, aroma, rasa, dan bagian daun yang digunakan.
Teknologi pertanian modern membantu mempertahankan kualitas matcha, misalnya kontrol suhu, kelembapan, dan teknik penutupan daun ketika cuaca dingin. Semua itu agar matcha yang dihasilkan memiliki rasa khas sesuai grade-nya.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Insiden wisatawan tenggelam kembali terjadi di Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Wisatawan diimbau tidak berenang di sejumlah titik pantai karena terdapat...
Langkah Jay Idzes menuju San Siro terus menjadi sorotan. Bek Timnas Indonesia yang kini tampil solid bersama Sassuolo disebut siap...