Perdana Menteri pemerintahan Houthi di Yaman, Ahmed al-Rahawi, tewas dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di ibu kota Sanaa, Kamis lalu—peristiwa yang mengubah peta politik sekaligus memperkuat ketegangan regional.
Pernyataan resmi dari Pimpinan Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mahdi al-Mashat, mengonfirmasi bahwa al-Rahawi dan sejumlah menterinya tewas dalam serangan tersebut. Mereka tengah mengikuti sebuah workshop pemerintahan ketika pesawat Israel melancarkan serangan, yang menurut kelompok itu merupakan “serangan yang dipersiapkan dengan matang” .
Kantor berita Reuters menyebut ini sebagai serangan pertama yang berhasil mematikan pejabat tinggi Houthi, dan menambahkan bahwa beberapa pejabat lainnya juga mengalami luka-luka.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa target mereka adalah pejabat-pejabat senior Houthi termasuk kepala staf pertahanan dan menteri pertahanan. Namun, detail lengkap mengenai korban lainnya belum dipastikan. Israel pun menggambarkan serangan ini sebagai “pukulan penghancur” terhadap kepemimpinan Houthi.
Di tengah kekosongan kekuasaan, Muhammad Ahmed Miftah—yang sebelumnya menjabat Wakil Perdana Menteri—ditunjuk sebagai pejabat pelaksana tugas sejak 30 Agustus 2025.
Al-Rahawi menjabat sejak Agustus 2024 dan dianggap figur simbolis dalam struktur pemerintahan Houthi. Meskipun begitu, perannya penting dalam hal administrasi sipil di wilayah yang dikuasai mereka.
Serangan ini terjadi di tengah eskalasi konflik yang lebih luas, terutama baru-baru ini serangan Houthi terhadap jalur pelayaran di Laut Merah dan peluncuran drone serta rudal ke arah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina. Israel merespons dengan serangkaian operasi udara terhadap target Houthi di Yaman.
Tak hanya menewaskan pejabat tinggi, serangan ini juga memicu aksi balasan dari pihak Houthi. Sebagai respons, militan yang didukung Iran ini menahan sejumlah pegawai PBB di Sanaa dan Hodeidah—termasuk dari WHO dan UNICEF—sebanyak minimal 11 orang. PBB pun mengecam keras tindakan ini dan menuntut pembebasan segera.
Serangan ini memperlihatkan pergeseran strategi, dari menyerang infrastruktur menuju menargetkan struktur pimpinan Houthi secara langsung. Israel menyebut langkah ini sebagai upaya mematahkan kemampuan strategis kelompok tersebut.
Geografis Yaman tetap terbelah antara pemerintahan Houthi di Sanaa dan pemerintah yang diakui secara internasional di Aden. Keberadaan al-Rahawi sejatinya tidak mengubah jalannya konflik, mengingat keputusan strategis tetap di tangan Abdul-Malik al-Houthi dan dewan politiknya.