Berapa Jumlah Langkah Jalan Kaki yang Ideal Agar Tetap Fit Setiap Hari
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Read more
Otak merupakan pusat kendali seluruh aktivitas tubuh, mulai dari berpikir, bergerak, hingga mengingat. Menurut World Health Organization (WHO), menjaga kesehatan otak berarti menjaga keseimbangan fisik, emosional, dan sosial secara menyeluruh. Namun, dalam rutinitas modern, banyak kebiasaan kecil yang tanpa disadari bisa mempercepat penurunan fungsi otak.
Berdasarkan penelitian dari Harvard Health Publishing, kebiasaan hidup sehari-hari yang tampak sepele seperti kurang tidur, jarang berjemur, hingga terlalu lama duduk dapat mengganggu aliran darah ke otak dan menurunkan kemampuan kognitif.
Berikut beberapa kebiasaan yang sebaiknya kamu waspadai agar kesehatan otak tetap optimal.
Duduk dalam waktu lama, terutama saat bekerja atau kuliah, bisa berdampak negatif pada kesehatan otak. Sebuah studi dari jurnal PLOS One menemukan bahwa orang yang duduk terlalu lama memiliki area lobus temporal medial (MTL) lebih tipis, yaitu bagian otak yang berperan penting dalam proses memori dan pembelajaran.
Kurangnya aktivitas fisik menghambat aliran darah dan oksigen ke otak. Akibatnya, fungsi kognitif menurun dan risiko gangguan seperti demensia meningkat. WHO merekomendasikan agar orang dewasa melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu untuk menjaga kesehatan otak dan jantung.
Jarang keluar rumah dan kurang berjemur ternyata juga bisa memengaruhi kinerja otak. Berdasarkan studi dari National Institutes of Health (NIH), kekurangan vitamin D yang diperoleh dari sinar matahari dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan suasana hati yang buruk.
Sinar matahari pagi membantu tubuh memproduksi vitamin D alami yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf dan komunikasi antar neuron. Itulah mengapa ahli kesehatan menyarankan untuk berjemur setidaknya 10–15 menit setiap pagi agar kadar vitamin D tetap optimal.
Asupan gula berlebih tidak hanya berdampak pada berat badan, tetapi juga pada otak. Menurut penelitian dari University of California, konsumsi gula tinggi dalam jangka panjang dapat mengganggu kemampuan otak dalam menyerap protein dan nutrisi penting seperti magnesium dan vitamin B.
Akibatnya, sel-sel otak menjadi kurang aktif dan kemampuan belajar serta daya ingat menurun. Gula berlebih juga meningkatkan risiko resistensi insulin di otak, yang dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Tidur adalah waktu bagi otak untuk beristirahat dan memperbaiki sel-sel saraf. Begadang secara rutin dapat mengganggu proses ini. Berdasarkan riset Sleep Foundation, orang dewasa yang tidur kurang dari 6 jam per malam cenderung mengalami gangguan konsentrasi, mudah lupa, dan suasana hati tidak stabil.
Selama tidur, otak juga melakukan proses pembersihan racun yang menumpuk selama aktivitas harian. Kurang tidur membuat racun tersebut bertahan lebih lama, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer.
Mendengarkan musik dengan volume tinggi bisa menyebabkan kerusakan permanen pada telinga dan saraf otak. Menurut laporan dari American Speech-Language-Hearing Association (ASHA), suara di atas 85 desibel yang didengarkan terus-menerus dapat menyebabkan kehilangan pendengaran dan memengaruhi bagian otak yang memproses suara.
Selain itu, stimulasi suara keras secara berulang membuat otak bekerja lebih keras, memicu stres dan menurunkan kemampuan memori jangka pendek.
Manusia adalah makhluk sosial, dan otak membutuhkan interaksi untuk tetap aktif. Sebuah penelitian dari Harvard University yang diterbitkan dalam The Journals of Gerontology: Series B menunjukkan bahwa orang yang jarang berinteraksi sosial cenderung mengalami penurunan volume materi abu-abu di otak.
Materi abu-abu ini berperan dalam pengambilan keputusan dan kemampuan berpikir cepat. Karena itu, menjaga hubungan sosial seperti berbincang santai dengan teman atau mengikuti kegiatan komunitas bisa membantu memperkuat koneksi otak.
Kebiasaan menatap layar ponsel, komputer, atau televisi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan efek negatif pada otak. NIH memperingatkan bahwa paparan layar berlebihan dapat mengganggu ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun.
Akibatnya, seseorang bisa mengalami kelelahan mental, gangguan suasana hati, dan insomnia. Selain itu, paparan cahaya biru dari layar dapat mengurangi produksi melatonin yang membuat otak sulit beristirahat dengan baik.
Untuk mencegah kerusakan otak akibat kebiasaan buruk, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:
Lakukan peregangan atau berjalan kaki setiap 30 menit saat bekerja.
Tidur cukup selama 7–8 jam per malam.
Batasi konsumsi gula dan makanan olahan.
Kurangi penggunaan gawai sebelum tidur.
Habiskan waktu bersama keluarga atau teman secara langsung.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...