Tragedi Tawuran di Cikarang: 56 Pelajar Terlibat, 2 Tewas dan 4 Luka-luka
Pada Rabu malam, 24 September 2025 sekitar pukul 20.00 WIB, suasana tenang di Jalan Raya Urip Sumoharjo, Cikarang Utara, Kabupaten...
Read moreDalam dinamika bisnis BBM akhir‑akhir ini, satu langkah baru dilaksanakan oleh PT Vivo Energy Indonesia. Perusahaan ini menyatakan bahwa mereka telah setuju untuk melakukan pembelian bahan bakar minyak (BBM) dari PT Pertamina Patra Niaga (PPN).
Sebelumnya, Vivo mengimpor sendiri pasokan BBM dari luar negeri. Namun, dengan kesepakatan ini, mereka akan menggunakan model base fuel—yakni BBM dalam bentuk dasar, sebelum pencampuran atau pemrosesan akhir—yang dibeli dari Pertamina.
Model ini disebut bisnis ke bisnis (B2B), di mana Vivo dan Pertamina bertransaksi langsung. Dalam skenario ini, Pertamina menjadi pemasok bahan bakar dasar, dan Vivo bertanggung jawab atas distribusi dan pengolahan selanjutnya di SPBU mereka.
Konsep base fuel berarti BBM yang belum dicampur aditif akhir, pelumas, atau bahan tambahan lainnya. Dengan demikian, Vivo mengambil peran dalam tahapan pemurnian atau pencampuran sesuai standar kualitas mereka sendiri setelah membeli dari Pertamina.
Menurut data, dari sekitar 100 ribu barel (MB) kargo impor yang ditawarkan Vivo sebelumnya, sebagian akan dialihkan ke pembelian dari Pertamina.
Selama ini, Vivo mengimpor BBM untuk memenuhi kebutuhan stok dan jaringan SPBU-nya. Biaya impor—termasuk ongkos pengiriman, bea masuk, dan risiko fluktuasi nilai tukar—menjadi beban yang tidak kecil. Kesepakatan baru ini bisa membantu Vivo mengurangi eksposur terhadap variabilitas global.
Dengan mengandalkan Pertamina sebagai mitra pemasok, Vivo dapat memanfaatkan infrastruktur dan jaringan logistik dalam negeri. Ini bisa memperkuat keterandalan pasokan dan memperpendek rantai distribusi.
Sektor energi Indonesia saat ini menghadapi tekanan untuk menata ulang kebijakan impor dan memperkuat kemandirian energi. Kesepakatan seperti ini sejalan dengan semangat penguatan kapasitas dalam negeri, dan idealnya mendapat dukungan regulasi yang kondusif.
Vivo harus memastikan bahwa BBM yang dibeli sebagai base fuel dapat diproses dan disesuaikan agar memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan. Tangki, fasilitas pencampuran, dan standar operasional perlu ditinjau ulang.
Perjanjian antara Vivo dan Pertamina harus mencakup mekanisme harga, volume, kualitas, serta ketentuan cadangan dan penalti. Kejelasan ini penting agar tidak ada perselisihan di kemudian hari.
Setelah berita ini muncul, Kementerian ESDM mengungkap bahwa 3 dari 4 pengelola SPBU swasta telah menyetujui skema membeli BBM berbentuk base fuel dari Pertamina. Hanya satu yang belum setuju.
Reaksi dari para pelaku swasta lain kemungkinan akan menentukan apakah model ini menjadi norma baru dalam industri distribusi BBM.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Pada Rabu malam, 24 September 2025 sekitar pukul 20.00 WIB, suasana tenang di Jalan Raya Urip Sumoharjo, Cikarang Utara, Kabupaten...
Read morePada Rabu malam, 24 September 2025 sekitar pukul 20.00 WIB, suasana tenang di Jalan Raya Urip Sumoharjo, Cikarang Utara, Kabupaten...
Kehidupan dan Akhir Hidup Assata Shakur di Kuba Pada tanggal 25 September 2025, media Kuba dan sumber resmi melaporkan kabar...