Kronologi Lengkap Kecelakaan Pesawat yang Merenggut Nyawa Panglima Militer Libya
Kepala Staf Angkatan Darat Libya, Letnan Jenderal Mohammed Ali Ahmed Al Haddad, dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat di Turki....
Read more
Nepal kembali diterpa gelombang krisis politik dan sosial yang menegangkan. Demonstrasi besar-besaran yang dipicu pelarangan media sosial oleh pemerintah berkembang menjadi aksi kekerasan yang menelan banyak korban jiwa. Salah satu tragedi paling mengerikan adalah tewasnya Ribyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Menteri Jhala Nath Khanal, setelah rumah mereka di kawasan Dallu, Kathmandu, dibakar oleh massa yang marah.
Pada Selasa malam, suasana mencekam melanda ibu kota Nepal. Ribuan massa turun ke jalan membawa kemarahan terhadap keputusan pemerintah yang dianggap mengekang kebebasan. Amarah itu meluas menjadi penyerangan ke berbagai simbol negara dan rumah tokoh politik.
Rumah mantan Perdana Menteri Jhala Nath Khanal menjadi salah satu sasaran. Massa menyerbu, melemparkan benda-benda mudah terbakar, dan membakar habis bangunan itu. Ribyalaxmi Chitrakar yang berada di dalam rumah sempat dievakuasi dalam keadaan luka bakar parah dan dilarikan ke Kirtipur Burn Hospital, namun nyawanya tak tertolong.
Tragedi ini menambah panjang daftar korban kerusuhan yang sudah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Menurut laporan media internasional, lebih dari 20 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Kerusuhan yang mengguncang Nepal berawal dari kebijakan pemerintah melarang penggunaan media sosial populer. Langkah ini memicu amarah generasi muda, terutama kalangan Gen-Z, yang merasa kebebasan berekspresi mereka dirampas.
Bagi generasi muda Nepal, media sosial bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana informasi, jaringan sosial, hingga wadah gerakan politik. Larangan tersebut dianggap sebagai bentuk otoritarianisme baru, sehingga memantik aksi protes besar yang awalnya damai.
Namun, ketidakpuasan mendalam terhadap elit politik yang dianggap korup dan gagal membawa kemajuan memperbesar eskalasi. Protes kemudian berubah menjadi gelombang kerusuhan dengan pembakaran gedung parlemen, kantor pemerintah, hingga rumah politisi senior.
Demonstran di jalanan tidak hanya menolak larangan media sosial, tetapi juga mendesak dilakukannya reformasi besar dalam sistem politik Nepal. Mereka menuding elit pemerintahan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan rakyat.
Teriakan “reformasi” dan “pemerintahan bersih” menggema di berbagai kota. Bahkan, sejumlah menteri dan pejabat negara harus dievakuasi menggunakan helikopter militer karena situasi semakin berbahaya.
Presiden Nepal, Ram Chandra Poudel, menyerukan ketenangan dan membuka peluang dialog dengan demonstran. Namun, pernyataan itu belum mampu meredam kemarahan massa yang terlanjur meluas.
Militer Nepal turun tangan untuk mengendalikan situasi. Pasukan keamanan ditempatkan di titik-titik strategis, termasuk di sekitar gedung parlemen, kantor perdana menteri, serta kediaman pejabat tinggi. Meski begitu, bentrokan masih terus pecah di berbagai wilayah.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Musim hujan sering membuat pemilik motor merasa percuma mencuci kendaraan. Hari ini dicuci, besok sudah kotor lagi. Tidak jarang motor...
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...