Serangan berdarah terjadi di sebuah halte bus di Ramot Junction, kawasan utara Yerusalem, ketika dua pria bersenjata tiba-tiba membuka tembakan terhadap warga yang sedang menunggu bus. Serangan ini mengakibatkan enam orang tewas, termasuk tiga pria berusia 30-an, seorang pria berusia sekitar 50 tahun, dan seorang wanita paruh baya; seorang lagi meninggal setelah dibawa ke rumah sakit. Selain itu, lebih dari 12 orang luka-luka, enam di antaranya dalam kondisi serius.
Kronologi Penyerangan
Serangan berlangsung pada pagi hari di tengah hiruk-pikuk lalu lintas. Dua penyerang, dilaporkan berasal dari Tepi Barat, tiba di lokasi dengan kendaraan dan langsung menembaki warga di halte. Rekaman dasbor kendaraan menunjukkan warga berhamburan dan sebuah bus penuh dengan bekas peluru terparkir di dekatnya.
Penyerang tidak hanya menyasar warga di halte, mereka juga sempat masuk ke dalam bus dan menembaki penumpang di dalamnya. Insiden ini segera mendapat respons dari seorang tentara Israel dan seorang warga sipil, yang kemudian menembak sang penyerang hingga tewas di tempat.
Korban Jiwa dan Cedera
Dikutip dari layanan ambulans Magen David Adom dan pejabat pemerintah, korban tewas melibatkan sejumlah usia dan latar belakang; di antaranya seorang mantan dokter jantung berusia 79 tahun, seorang rabbi 43 tahun, serta seorang pemuda asal Spanyol berusia 25 tahun. Korban luka mencapai dua belas orang, dengan beberapa kritis menjalani perawatan intensif.
Tanggapan Pemerintah & Keamanan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung menuju lokasi dan menyebut insiden ini sebagai bagian dari “perang terhadap terorisme.” Ia menegaskan bahwa Israel akan mengejar pihak-pihak yang mendukung serangan ini hingga ke akar-akarnya. Polisi juga telah melakukan penangkapan terhadap seorang tersangka di Yerusalem timur yang dicurigai terkait dengan serangan ini. Sementara militer menerapkan lockdown wilayah dan mengerahkan pasukan ke desa-desa di sekitar Ramallah untuk pengejaran intensif.
Tanggapan Lokal dan Internasional
Presiden Israel, Isaac Herzog, mengutuk serangan sebagai tindakan kejam terhadap warga sipil. Ia menyampaikan penghargaan kepada tentara dan warga sipil yang bertindak cepat dan heroik dalam menangani situasi.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam penyerangan dan menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil tidak ada pembenaran. Di sisi lain, kelompok militan seperti Hamas dan Islamic Jihad memuji aksi ini sebagai “tanggapan alami terhadap kekerasan pendudukan.” Namun, keduanya tidak menyatakan bertanggung jawab resmi.
Konteks Konflik yang Kian Memanas
Kota Yerusalem telah berkali-kali menjadi lokasi serangan serupa, dengan insiden 2023 di Givat Shaul sebagai salah satu contohnya. Saat ini, konflik antara Israel dan Hamas serta ketegangan di Tepi Barat terus meningkat, membuat insiden seperti ini menjadi bagian dari fenomena yang lebih luas: gelombang teror dan serangan balasan yang terus berlangsung.