Libur Nataru Makin Mudah Nikmati Tarif Spesial LRT Jabodebek Maksimal Rp 10 Ribu
Bagi masyarakat yang berencana bepergian menggunakan LRT Jabodebek selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, ada kebijakan tarif yang...
Read more
Rencana penerapan bahan bakar bensin campur etanol 10 persen atau E10 di Indonesia masih menemui banyak hambatan. Sejumlah ahli menilai target pemerintah untuk mulai menjalankan program tersebut tahun depan dinilai terlalu ambisius karena kesiapan industri bioetanol nasional masih jauh dari kata siap.
Menurut Ronny Purwadi, Dosen Program Studi Teknik Pangan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), target instan penerapan E10 tahun depan hampir mustahil tercapai. Ia menjelaskan bahwa infrastruktur dan kapasitas produksi bioetanol di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan campuran bahan bakar secara nasional.
“Hitung-hitungannya belum. Kalau mengandalkan industri bioetanol saat ini, jelas belum siap,” kata Ronny dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (20/10).
Ia menegaskan, membangun pabrik etanol berskala fuel grade untuk kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor bukan pekerjaan mudah dan memerlukan waktu panjang. “Kalau kita bangun hari ini, pabrik bioetanol tidak mungkin selesai dalam satu tahun. Cita-cita boleh, tapi realisasi harus dihitung dengan matang,” ujarnya.
Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa meskipun semangat menuju kemandirian energi terbarukan tinggi, implementasinya tetap membutuhkan kesiapan industri dari hulu ke hilir agar tidak hanya sekadar proyek ambisius.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui penerapan mandatory BBM E10. Hal senada diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, yang mengatakan seluruh bahan bakar jenis bensin di Indonesia akan mengandung 10 persen etanol mulai tahun depan.
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil serta memperkuat kemandirian energi nasional. “Tahun depan direncanakan kita sudah mulai pakai bensin campur 10 persen etanol atau metanol,” kata Zulhas.
Namun, Bahlil kemudian merevisi pernyataan tersebut dengan menyebut bahwa pemerintah masih menghitung waktu penerapan yang realistis. Berdasarkan perhitungannya, program E10 kemungkinan baru bisa diterapkan paling cepat pada 2027. Ia menambahkan bahwa penerapan kebijakan itu membutuhkan pembangunan pabrik etanol baru di dalam negeri yang dapat menyerap bahan baku seperti singkong dan tebu.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...