Mata Minus Picu Cemas dan Depresi pada Anak, Ini Penjelasan Ahli
Gangguan penglihatan seperti mata minus ternyata bukan hanya persoalan visual semata. Menurut Dokter Spesialis Mata dari Yayasan Sentra Kolaborasi Kesehatan...
Read moreProgram Cek Kesehatan Gratis (CKG) hingga tanggal 6 Oktober 2025 menunjukkan temuan yang mengejutkan: ibu hamil dan nifas jauh lebih rentan mengalami depresi dibanding kelompok usia dewasa atau lansia.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, Imran Pambudi, menyebut bahwa angka potensi depresi ibu hamil tercatat sebesar 8,5 persen, yakni sekitar 9.280 dari 101.338 ibu hamil/nifas yang diskrining.
Angka ini delapan kali lipat lebih tinggi dibanding rata‑rata kasus depresi di kelompok dewasa dan lansia yang hanya mencapai 0,8 persen.
Sebagai perbandingan, dari skrining 18,7 juta orang dewasa dan lansia, sebanyak 173.394 orang atau 0,92 persen menunjukkan kemungkinan gejala depresi.
Provinsi DKI Jakarta tercatat sebagai daerah dengan angka masalah kesehatan jiwa tertinggi, yakni 3,1 persen, disusul gangguan kecemasan sebesar 2,6 persen.
Beberapa faktor diduga memperkuat kerentanan ibu hamil dan nifas terhadap depresi:
Kehamilan dan masa nifas membawa perubahan hormon drastis, kelelahan fisik, nyeri tubuh, dan adaptasi tubuh baru. Semua ini dapat memicu stres tambahan.
Imran menyebut bahwa tekanan sosial, ekonomi, dan ketidakpastian (misalnya kondisi cuaca ekstrem, krisis iklim) ikut memperburuk kondisi psikologis ibu.
Beban finansial, persiapan menyambut bayi, tekanan dari keluarga atau masyarakat juga menjadi faktor stres tersendiri.
Ibu hamil atau pasca melahirkan yang tidak mendapat dukungan emosional, atau yang merasa sendirian menghadapi tantangan perubahan besar, berisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan jiwa.
Imran juga menyebut bahwa perubahan iklim dan krisis digital memperburuk tekanan kesehatan mental. Contoh: hujan es tiba‑tiba, angin besar, atau kejadian cuaca ekstrim lainnya menjadi stresor tambahan.
Menyikapi data ini, Kemenkes sudah merancang sejumlah langkah untuk memperkuat pelayanan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan nifas:
Pemerintah ingin memastikan akses layanan kesehatan jiwa mudah dijangkau, terutama di puskesmas. Pendamping mental akan dilibatkan agar ibu tidak merasa sendiri.
Menurut kebijakan Kemenkes, khusus ibu hamil, skrining kesehatan jiwa disarankan dilakukan tiga kali: dua kali selama kehamilan (misalnya pada trimester awal dan trimester ketiga) dan satu kali saat masa nifas.
Langkah ini memungkinkan deteksi dini terhadap gejala depresi sehingga intervensi bisa lebih cepat.
Program seperti Pengasuhan Positif dan Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) didorong agar masyarakat dan keluarga bisa menjadi penopang mental ibu hamil.
Berikut beberapa strategi praktis yang bisa diambil oleh individu dan lingkungan sekitar:
Beri diri waktu istirahat dan tidur cukup
Terbuka pada pasangan atau orang terpercaya tentang perasaan
Ikut kelompok dukungan ibu hamil atau komunitas parenting
Lakukan aktivitas ringan yang menenangkan: berjalan santai, hobi ringan
Jika gejala depresi mulai muncul (sedih berkepanjangan, kehilangan minat, rasa bersalah), segera konsultasi ke tenaga profesional kesehatan
Berikan dukungan emosional tanpa menghakimi
Ajak ibu berbicara, dengarkan keluhannya tanpa meminimalkan
Bantu tugas fisik (urusan rumah, menjaga anak) agar beban ibu berkurang
Pantau perubahan suasana hati dan dorong ke layanan kesehatan jiwa apabila diperlukan
Sediakan akses layanan konseling di fasilitas kesehatan primer
Latih kader kesehatan masyarakat untuk mengenali tanda awal depresi
Publikasikan edukasi kesehatan mental bagi ibu hamil di media lokal
Sosialisasikan aplikasi skrining digital (seperti SATUSEHAT) agar dapat diakses oleh masyarakat luas
Referensi: CNN Indonesia
Referensi tambahan: Detik Health
Referensi tambahan: Kementerian Kesehatan
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia. Banyak penelitian yang menyoroti gaya hidup dan...
Gangguan penglihatan seperti mata minus ternyata bukan hanya persoalan visual semata. Menurut Dokter Spesialis Mata dari Yayasan Sentra Kolaborasi Kesehatan...