Berapa Jumlah Langkah Jalan Kaki yang Ideal Agar Tetap Fit Setiap Hari
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Read more
Tren minum kopi di kalangan anak muda kini makin melekat dengan gaya hidup modern. Dari nongkrong di kafe hingga memulai pagi dengan secangkir kopi, kebiasaan ini seolah sudah menjadi bagian dari identitas generasi muda. Namun, di balik tren tersebut, para ahli kesehatan mulai menyoroti potensi dampak negatif terhadap penyerapan zat besi di tubuh.
Menurut laporan dari DetikHealth, fenomena meningkatnya konsumsi kopi di kalangan Gen Z bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus anemia atau kekurangan darah. Praktisi kesehatan dr Rovy Pratama, MBA mengingatkan bahwa kopi dapat menghambat penyerapan zat besi, terutama bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan.
“Teman-teman harus tahu bahwasannya kopi ini menghambat penyerapan zat besi,” kata dr Rovy Pratama, dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta Utara, Sabtu (11/10/2025).
Kopi mengandung senyawa polifenol dan tanin yang diketahui dapat mengikat zat besi dalam makanan. Berdasarkan penjelasan dari Johns Hopkins Medicine, interaksi ini menyebabkan zat besi tidak bisa diserap dengan optimal oleh tubuh.
“Ini bukan rasa lelah seperti setelah seharian bekerja atau berolahraga. Kelelahan ekstrem yang tidak membaik meski sudah istirahat bisa menjadi tanda awal kanker,” tulis Johns Hopkins dalam publikasi lain mengenai defisiensi zat besi, seperti dikutip Unilad.
Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang. Zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Bila tubuh kekurangan zat besi, produksi hemoglobin menurun sehingga menyebabkan anemia dengan gejala seperti lemas, pucat, dan pusing berkepanjangan.
Fenomena “ngopi bareng” kini tak hanya sekadar aktivitas minum, tapi sudah menjadi gaya hidup sosial. Menurut dr Rovy, apa pun makanannya, banyak anak muda yang menjadikan kopi sebagai minuman pendamping wajib saat nongkrong.
“Makannya cukup gitu ya, tapi gak diserap,” ujarnya menegaskan dalam kesempatan yang sama.
Kebiasaan ini membuat penyerapan zat besi dari makanan bergizi menjadi tidak maksimal. Terlebih, banyak anak muda yang mengonsumsi kopi dalam jumlah berlebih setiap hari tanpa memperhatikan waktu dan pola makan.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, pola konsumsi semacam ini perlu diwaspadai karena berpotensi memunculkan generasi muda dengan defisiensi zat gizi. Studi yang dilakukan oleh beberapa lembaga kesehatan global menunjukkan bahwa kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebab utama anemia di dunia, terutama pada kelompok usia produktif.
Zat besi memiliki peranan penting dalam banyak fungsi vital tubuh. Selain pembentukan hemoglobin, zat besi juga berperan dalam metabolisme energi dan fungsi kognitif. Kekurangannya bisa menurunkan konsentrasi, memperlambat pemulihan tubuh, hingga mengganggu sistem kekebalan.
Anemia defisiensi zat besi umumnya ditandai dengan gejala seperti:
Tubuh cepat lelah meski tidak melakukan aktivitas berat.
Wajah pucat dan kurang bersemangat.
Pusing, sulit fokus, serta jantung berdebar.
Sering merasa kedinginan.
Jika gejala-gejala ini diabaikan, dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), anemia akibat kekurangan zat besi menyumbang sekitar 50 persen dari total kasus anemia global.
Selain konsumsi kopi, dr Rovy juga menjelaskan bahwa kehilangan darah yang tidak disadari menjadi faktor lain penyebab anemia. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal sebagai occult bleeding, yaitu pendarahan kecil yang terjadi pada saluran pencernaan tanpa disadari.
“Ada makan yang berlevel-level gitu ya, seblak mercon gitu, yang level-level lah. Nah itu salah satu penyebab seseorang mengalami kehilangan darah tanpa disadari,” jelasnya.
Menurut penjelasan medis, makanan pedas ekstrem dapat menyebabkan iritasi pada lambung dan memicu luka kecil yang menimbulkan perdarahan ringan. Jika hal ini terjadi terus-menerus, zat besi dalam tubuh akan terkuras karena digunakan untuk mengganti sel darah yang hilang.
Perempuan menjadi kelompok paling rentan terhadap anemia, terutama karena faktor menstruasi yang membuat tubuh kehilangan darah secara rutin. Dr Rovy menambahkan bahwa tren nongkrong di coffee shop kebanyakan juga didominasi oleh wanita muda.
“Dan tren penjualan di coffee shop itu mostly dikunjungi oleh wanita usia muda,” katanya.
Kombinasi antara kehilangan darah saat menstruasi dan kebiasaan ngopi bisa memperbesar risiko kekurangan zat besi. Oleh karena itu, penting bagi perempuan muda untuk memperhatikan asupan gizi dan waktu konsumsi kopi.
Para ahli gizi menyarankan agar konsumsi kopi dilakukan setidaknya dua jam setelah makan utama. Hal ini memberi waktu bagi tubuh untuk menyerap zat besi dari makanan dengan optimal sebelum senyawa penghambat dalam kopi bekerja.
Beberapa tips lain agar tetap bisa menikmati kopi dengan aman antara lain:
Batasi jumlah kopi harian. Maksimal dua gelas per hari dianggap masih aman bagi sebagian besar orang dewasa.
Konsumsi makanan kaya zat besi. Misalnya daging merah, hati ayam, bayam, dan kacang-kacangan.
Tambahkan sumber vitamin C. Buah seperti jeruk atau tomat dapat membantu penyerapan zat besi non-heme dari sumber nabati.
Hindari minum kopi bersamaan dengan makan besar. Ganti dengan air putih atau jus buah untuk mendukung penyerapan nutrisi.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...