Assata Shakur Wafat di Kuba: Dari Buronan FBI hingga Ikon Perlawanan

Assata Shakur, buronan wanita pertama dalam daftar “Most Wanted” FBI, meninggal di Havana, Kuba pada 25 September 2025. Berikut perjalanan hidup dan kontroversinya. (Sumber: REUTERS/FBI/Handout via Reuters)
Assata Shakur, buronan wanita pertama dalam daftar “Most Wanted” FBI, meninggal di Havana, Kuba pada 25 September 2025. Berikut perjalanan hidup dan kontroversinya. (Sumber: REUTERS/FBI/Handout via Reuters)

Assata Shakur, buronan wanita pertama dalam daftar “Most Wanted” FBI, meninggal di Havana, Kuba pada 25 September 2025

Kehidupan dan Akhir Hidup Assata Shakur di Kuba

Pada tanggal 25 September 2025, media Kuba dan sumber resmi melaporkan kabar meninggalnya Joanne Deborah Byron, yang lebih dikenal sebagai Assata Shakur. Kematian terjadi di kota Havana dengan penyebab yang disebut sebagai kondisi kesehatan dan usia lanjut.

Kabar ini kemudian dikonfirmasi oleh putrinya, Kakuya Shakur, melalui unggahan di media sosial. Menurut keterangannya, pada sekitar pukul 13.15 waktu Kuba, ibunya “menghembuskan napas terakhir”.

Awal Lahir: Dari Joanne Byron ke Assata Shakur

Assata lahir pada 16 Juli 1947 di Queens, New York, sebagai Joanne Deborah Byron. Dia kemudian dibesarkan di Wilmington, North Carolina, di tengah era segregasi rasial.

Dalam perkembangannya, dia mengganti namanya menjadi Assata Olugbala Shakur—yang menurut makna namanya mengandung unsur perjuangan dan rasa syukur—sebagai bagian dari identitas politik dan spiritualnya.

Pada era 1960-an, Assata aktif dalam gerakan sipil dan gerakan hak-hak warga kulit hitam. Dia pernah bergabung dengan kelompok Black Panther Party dan kemudian beralih ke Black Liberation Army (BLA).

Tuduhan, Pengadilan, dan Kaburnya dari Penjara

Perjalanan kontroversial Assata mencapai puncaknya ketika ia dituduh terlibat dalam insiden tembak‑menembak pada 2 Mei 1973 di jalan tol New Jersey. Dalam kejadian itu, dia dengan beberapa rekannya dihentikan oleh seorang petugas polisi negara bagian—insiden yang berujung pada kematian petugas Werner Foerster.

Setelah proses pengadilan, pada tahun 1977 Assata dinyatakan bersalah atas pembunuhan petugas tersebut—meskipun ia dan pendukungnya selalu membantah keterlibatannya langsung.

Dua tahun kemudian—pada tahun 1979—Assata berhasil melarikan diri dari penjara Clinton Correctional Facility for Women, dalam aksi yang diklaim dibantu oleh anggota BLA dan sumber eksternal.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED