Pada Selasa, 9 September 2025, kota Doha, Qatar, menjadi saksi serangan udara Israel yang menargetkan pejabat tinggi Hamas, termasuk Khalil al-Hayya—pennegosiasi utama dari kelompok tersebut. Insiden mengakibatkan tewasnya lima anggota Hamas, termasuk anak al-Hayya, meskipun negosiator itu sendiri dilaporkan selamat.
Lokasi dan Konteks Serangan
Serangan berlangsung di kawasan West Bay Lagoon, kawasan diplomatik yang menjadi rumah bagi banyak kedutaan dan tempat tinggal staf internasional, termasuk perwakilan Hamas. Serangan ini terjadi saat Hamas tengah membahas proposal gencatan senjata yang dimediasi oleh AS.
Korban dan Dampak Nyata
Jumlah korban tewas sebanyak enam orang: lima anggota Hamas dan seorang petugas keamanan Qatar. Di antara yang tewas, termasuklah Humam al-Hayya, putra Khalil al-Hayya, serta direktur kantornya dan beberapa staf lainnya.
Pernyataan dari Hamas dan Israel
Hamas mengecam keras serangan ini dan menyebutnya sebagai kejahatan kejam terhadap tim perundingan. Mereka menegaskan, “musuh gagal membunuh saudara-saudara kami,” meski mereka kehilangan anggota penting dalam struktur negosiasi. Sementara itu, pihak Israel, melalui Perdana Menteri Netanyahu, menyatakan bahwa operasi ini sepenuhnya merupakan tindakan mandiri dan sah, bertujuan menargetkan pimpinan teroris.
Kecaman Internasional
Reaksi global menolak serangan ini. Pemerintah Jerman menyebut tindakan Israel sebagai “tidak dapat diterima,” karena dianggap melanggar kedaulatan Qatar dan bisa menggagalkan perundingan damai. Negara lain seperti Turki, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab juga mengecam keras aksi tersebut.
Dampak Diplomatik dan Prospek Gencatan Senjata
Serangan ini berpotensi merusak jalur diplomasi yang tengah berjalan, terutama karena terjadi saat Qatar sebagai mediator konflik Gaza tengah mengupayakan penghentian kekerasan. Beberapa pihak menyatakan tindakan ini dapat mempersempit opsi negosiasi terbuka antara Israel dan Hamas