Libur Nataru Makin Mudah Nikmati Tarif Spesial LRT Jabodebek Maksimal Rp 10 Ribu
Bagi masyarakat yang berencana bepergian menggunakan LRT Jabodebek selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, ada kebijakan tarif yang...
Read more
Pada pekan terakhir September 2025, sebuah insiden mengejutkan terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagian bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny dilaporkan roboh. Peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat, terutama para santri yang tinggal di pondok tersebut. Menurut keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian berlangsung cukup tiba-tiba dan memerlukan penanganan cepat untuk mencegah risiko lebih lanjut.
BNPB segera menurunkan tim untuk melakukan asesmen lapangan. Berdasarkan data BNPB, kerusakan yang terjadi pada bangunan pondok cukup serius sehingga memerlukan tindakan darurat, baik dalam bentuk penyelamatan, evakuasi, maupun pemulihan jangka menengah.
Menurut BNPB, dukungan menyeluruh diberikan kepada pihak pesantren, santri, dan masyarakat sekitar. Dukungan ini tidak hanya berupa logistik dan penanganan darurat, tetapi juga mencakup asesmen teknis bangunan yang roboh.
“BNPB siap memberikan pendampingan menyeluruh, mulai dari penanganan awal hingga dukungan teknis dalam proses pemulihan,” kata Letjen TNI Suharyanto, Kepala BNPB.
Selain itu, BNPB juga melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan Sidoarjo agar langkah penanganan dapat berjalan terpadu.
Pasca insiden, perhatian utama pemerintah dan BNPB adalah keselamatan santri. Berdasarkan laporan lapangan, sejumlah santri berhasil dievakuasi ke lokasi aman. Tim relawan bersama aparat daerah turut membantu proses pemindahan barang-barang penting.
BNPB menekankan pentingnya asesmen lanjutan terhadap kondisi fisik bangunan lain di lingkungan pesantren untuk mencegah keruntuhan susulan. Upaya evakuasi santri dilaksanakan dengan koordinasi ketat, agar kegiatan belajar-mengajar tetap bisa berlangsung meski bangunan utama rusak.
Dari sisi teknis, robohnya bangunan Ponpes Al Khoziny menyoroti isu penting tentang keamanan infrastruktur pendidikan berbasis pesantren. Menurut BNPB, faktor penyebab utama robohnya bangunan masih dalam investigasi, tetapi ada indikasi kelemahan konstruksi yang diperparah oleh kondisi cuaca.
Jika menilik data historis, sejumlah kasus serupa pernah terjadi di daerah lain ketika bangunan lama tidak diperkuat dengan struktur memadai. Di beberapa wilayah, faktor tanah dan curah hujan tinggi menjadi kombinasi berbahaya bagi bangunan yang tidak sesuai standar ketahanan.
Insiden ini berdampak signifikan pada kehidupan para santri dan masyarakat sekitar. Banyak santri yang kehilangan tempat tinggal sementara, sehingga perlu dipindahkan ke ruang darurat. Selain itu, kegiatan pendidikan mengalami gangguan karena sebagian kelas tidak dapat digunakan.
Secara sosial, peristiwa ini menimbulkan trauma bagi santri yang mengalami langsung detik-detik bangunan roboh. Oleh karena itu, BNPB bersama pemerintah daerah menyiapkan dukungan psikososial. Dukungan semacam ini penting agar para santri tetap memiliki ketahanan mental dan bisa kembali belajar dengan tenang.
Menurut BNPB, langkah pemulihan tidak hanya difokuskan pada pembangunan fisik kembali, tetapi juga pada penataan ulang sistem keamanan lingkungan pondok. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain:
Pembangunan tenda darurat untuk menampung santri.
Penyediaan logistik makanan, obat-obatan, dan kebutuhan harian.
Pemeriksaan teknis bangunan lain di sekitar pondok.
Penyusunan rencana rekonstruksi sesuai standar ketahanan bencana.
Dalam jangka menengah, BNPB akan mendorong sinergi dengan pemerintah daerah untuk memastikan proses rekonstruksi berjalan sesuai regulasi teknis bangunan tahan gempa.
Jika dibandingkan dengan kasus robohnya sejumlah bangunan pendidikan di daerah lain, insiden Ponpes Al Khoziny menegaskan kembali pentingnya standar konstruksi pada fasilitas pendidikan berbasis komunitas. Beberapa tahun lalu, di Jawa Barat juga pernah terjadi insiden serupa di sebuah madrasah yang tidak memiliki fondasi kuat. Kejadian-kejadian ini memberi pelajaran bahwa aspek mitigasi bencana harus masuk ke dalam perencanaan pembangunan pondok pesantren.
Berdasarkan data BNPB, peran pemerintah daerah sangat penting dalam proses penanganan bencana lokal. Dalam kasus Ponpes Al Khoziny, BPBD Sidoarjo menjadi ujung tombak koordinasi lapangan. Sinergi dengan dinas sosial, dinas kesehatan, hingga aparat kepolisian membantu mempercepat langkah penanganan.
Kolaborasi semacam ini menunjukkan bahwa penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan satu institusi saja. Butuh sinergi multi-sektor agar masyarakat terdampak bisa segera bangkit kembali.
Selain aspek sosial, insiden ini juga membawa dampak ekonomi bagi lingkungan sekitar. Para pedagang kecil yang biasanya berjualan di sekitar pondok kehilangan pelanggan sementara karena aktivitas pesantren terhenti.
Dalam jangka pendek, pemerintah daerah bersama BNPB berupaya menyediakan solusi, seperti bantuan modal usaha kecil atau program pemulihan ekonomi berbasis komunitas. Langkah-langkah ini diharapkan bisa membantu mengurangi beban masyarakat terdampak.
BNPB menekankan bahwa insiden Ponpes Al Khoziny bisa menjadi peringatan penting bagi lembaga pendidikan lain di Indonesia. Rencana jangka panjang mitigasi bencana meliputi:
Peningkatan standar konstruksi bangunan pendidikan berbasis komunitas.
Pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi santri dan pengelola pondok.
Sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
Integrasi kurikulum sekolah dengan pendidikan kebencanaan.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...