Heboh! Gerobak Ketoprak di Depok Hancur karena Penjual Tolak Utang
Depok—sebuah kejadian kecil berubah jadi heboh. Seorang pria berinisial KB (30) mengamuk dan merusak gerobak penjual ketoprak di Jalan Siliwangi,...
Read moreJakarta, Minggu 17 Agustus 2025, kawasan Monumen Nasional (Monas) kembali jadi pusat perhatian seluruh warga Ibu Kota. Sejak pagi buta, ribuan orang sudah berdatangan untuk ikut serta dalam Pesta Rakyat HUT ke-80 RI. Mereka datang dari berbagai penjuru Jakarta, bahkan ada pula rombongan dari kota penyangga seperti Bekasi, Depok, dan Tangerang.
Di tengah udara Jakarta yang panas terik, antusiasme warga tidak surut. Bendera merah putih kecil dibawa anak-anak, sementara orang dewasa terlihat memakai pakaian bernuansa merah dan putih. Di beberapa sudut, kelompok ibu-ibu membawa bekal nasi kuning lengkap dengan lauk pauknya, seakan ingin menjadikan perayaan ini bukan hanya acara hiburan, tetapi juga ajang kumpul keluarga.
Ribuan warga padati Monas dalam Pesta Rakyat HUT ke-80 RI. Acara penuh dengan lomba tradisional, hiburan gratis, kuliner rakyat, hingga zona tematik nostalgia yang menghadirkan semangat kebersamaan.
Pesta rakyat tentu tidak lengkap tanpa lomba tradisional. Sejak siang hari, area Monas dipenuhi suara riuh sorakan penonton yang memberi semangat kepada peserta lomba.
Lomba makan kerupuk selalu menjadi primadona. Anak-anak berbaris dengan tangan diikat ke belakang, berusaha menghabiskan kerupuk yang digantung pada tali. Sorakan “cepat, cepat!” menggema di udara. Ada yang gigih sampai wajahnya belepotan, ada pula yang tertawa sambil menyerah di tengah jalan.
Selain itu, lomba panjat pinang benar-benar menyedot perhatian. Puluhan batang pinang tinggi menjulang, dilumuri oli agar peserta semakin kesulitan memanjat. Kelompok pemuda bergotong royong bahu-membahu membentuk formasi piramida manusia. Setiap kali mereka hampir mencapai puncak, sorakan ribuan penonton menggema semakin keras. Saat akhirnya salah satu peserta berhasil meraih hadiah berupa sepeda, penonton langsung bersorak meriah.
Tidak ketinggalan lomba tarik tambang, balap karung, dan lomba egrang. Meski sederhana, perlombaan ini menghadirkan tawa dan kegembiraan yang jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat urban Jakarta.
Bukan hanya lomba, panggung hiburan yang berdiri megah di dekat Monas juga menyedot perhatian warga. Sejak sore, berbagai penampilan musik tradisional hingga modern digelar bergantian.
Grup musik daerah membawakan lagu-lagu Nusantara, lengkap dengan alat musik tradisional seperti angklung dan gamelan. Penonton ikut larut, sebagian bahkan ikut bernyanyi bersama. Saat malam tiba, giliran band-band ternama ibu kota yang naik panggung. Tembang nasional dan lagu perjuangan dibawakan dengan aransemen modern, membuat anak muda ikut bernyanyi.
Selain musik, ada pula penampilan tari kolosal yang menggambarkan perjalanan bangsa dari masa penjajahan hingga kemerdekaan. Dengan pencahayaan lampu warna-warni, tarian tersebut membuat suasana semakin khidmat sekaligus meriah.
Salah satu hal yang paling ditunggu warga adalah kuliner gratis yang disediakan panitia. Tenda-tenda kuliner dipenuhi antrian panjang. Ada nasi uduk, sate ayam, bakso, es teh manis, hingga jajanan tradisional seperti kue cucur dan klepon.
Semua pengunjung bebas menikmati hidangan tersebut tanpa dipungut biaya. Bagi sebagian keluarga, terutama yang datang bersama anak-anak, hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri. “Jarang-jarang bisa makan enak gratis di Monas, apalagi sambil nonton hiburan,” ujar seorang warga dari Pasar Minggu sambil tersenyum.
Acara ini juga menghadirkan beberapa zona tematik yang unik dan penuh nostalgia:
Podjok Foto: Menjadi tempat favorit anak muda. Berbagai photobooth dengan desain kemerdekaan membuat pengunjung antusias berpose. Banyak yang langsung mengunggah hasil foto ke media sosial dengan tagar #PestaRakyatMonas.
Podjok Djoeang: Zona yang dirancang untuk mengenang perjuangan para pahlawan. Di sini ada simulasi permainan dan pameran benda bersejarah, seperti replika senjata dan pakaian pejuang. Anak-anak tampak antusias mendengarkan kisah perjuangan dari relawan yang berperan sebagai pemandu.
Podjok Djadoel: Memberikan kesempatan untuk bernostalgia dengan permainan masa kecil. Mulai dari gundu, congklak, gasing, hingga lompat tali. Orang tua tampak bahagia memperkenalkan permainan itu kepada anak-anak mereka.
Ketiga zona ini tidak hanya memberi hiburan, tetapi juga edukasi tentang sejarah, kebudayaan, dan nilai-nilai perjuangan.
Banyak pengunjung yang berbagi pengalaman menyentuh selama mengikuti pesta rakyat ini. Seorang ayah dua anak dari Cempaka Putih mengatakan bahwa ia sengaja datang lebih awal agar anak-anaknya bisa merasakan lomba balap karung secara langsung. “Saya ingin anak-anak merasakan semangat kemerdekaan, bukan cuma dari buku pelajaran, tapi dari pengalaman nyata seperti ini,” ujarnya.
Seorang mahasiswi asal Depok juga merasa acara ini memberi ruang kebersamaan yang jarang ditemukan. “Di sini semua orang sama, tidak ada yang peduli dari mana kita berasal. Kita semua bergembira bersama merayakan kemerdekaan,” katanya sambil menunjuk keramaian penonton di sekitar panggung utama.
Lebih dari sekadar perayaan, pesta rakyat di Monas menjadi simbol kebersamaan. Ribuan orang dari berbagai latar belakang berkumpul dalam satu tempat, merayakan hari besar bangsa dengan cara yang sederhana namun penuh makna.
Di saat banyak orang sibuk dengan rutinitas sehari-hari, acara ini menghadirkan ruang untuk berinteraksi, bergembira, dan merasakan kembali semangat gotong royong yang pernah menjadi kekuatan utama bangsa.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Depok—sebuah kejadian kecil berubah jadi heboh. Seorang pria berinisial KB (30) mengamuk dan merusak gerobak penjual ketoprak di Jalan Siliwangi,...
Read moreKegagalan Timnas U-23 Indonesia menembus Piala Asia U-23 2026 membuka pertanyaan besar tentang nasib pelatih asal Belanda, Gerald Vanenburg. Hal...
Tape Singkong, Superfood Nusantara yang Sering Diremehkan Selama ini banyak orang beranggapan bahwa makanan sehat selalu identik dengan harga mahal...