Oscar Piastri Frustrasi Usai Blunder Pit Stop McLaren di F1 Qatar 2025

Pembalap Australia, Oscar Piastri, harus menelan kekecewaan besar setelah gagal menjuarai Formula 1 Grand Prix Qatar 2025 di Lusail, Senin (1/12/2025) dini hari WIB. Padahal ia tampil sangat dominan mulai dari sesi Sprint hingga pole position balapan utama. Namun strategi tim McLaren dalam pit stop membuat hasil maksimal terlepas dari tangannya.

Pada balapan utama, Piastri sempat memimpin dan menyalip rival sejak awal. Keberhasilan itu membuat harapan kemenangan terbuka lebar. Sayangnya, insiden kecelakaan antara Nico Hulkenberg dan Pierre Gasly di Lap 7 memicu Safety Car. Banyak tim memanfaatkan kondisi tersebut untuk pit stop wajib. Namun McLaren memutuskan untuk menjaga Piastri dan rekan satu timnya Lando Norris tetap di trek, tanpa pit stop.

Keputusan ini justru merugikan Piastri. Setelah memasuki fase balapan penuh, ketika pit stop akhirnya dilakukan, jarak dengan pemimpin lomba telah melebar. Pembalap asal Belanda, Max Verstappen, yang sudah melakukan pit stop lebih awal, berhasil mengambil keuntungan. Hasilnya, Piastri hanya finis di posisi kedua, tertinggal sekitar delapan detik dari Verstappen.

Merasa telah memberikan yang terbaik sepanjang akhir pekan, Piastri menyatakan kekecewaannya dalam pernyataan resmi tim. “Rasanya saya menjalani akhir pekan terbaik tahun ini, bahkan mungkin terbaik di F1. Jadi, tidak mendapatkan hasil terbaik terasa sangat menyakitkan,” ujar Piastri.

Ia menambahkan bahwa keputusan tim tidak tepat dan bahwa semestinya strategi berbeda bisa menghasilkan kemenangan. “Saya sudah menjalani balapan sebaik dan secepat mungkin, dan tidak ada yang tersisa. Sayangnya, bukan hasilnya malam ini. Saya rasa dengan melihat ke belakang, cukup jelas apa yang seharusnya kami lakukan,” kata Piastri.

Dengan hasil ini, peluang Piastri untuk menjuarai kejuaraan dunia 2025 belum tertutup. Ia kini mengoleksi 392 poin dan berada di peringkat ketiga klasemen, tertinggal 16 poin dari pemimpin sementara serta 4 poin dari pesaing terdekat. Meski matematis masih memungkinkan, penampilan gemilang di Qatar seharusnya bisa menjadi momentum — jika saja strategi pit stop tidak salah.