Berapa Jumlah Langkah Jalan Kaki yang Ideal Agar Tetap Fit Setiap Hari
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Read more
Populasi lansia di dunia terus meningkat; misalnya, pada 2020, jumlah orang berusia 60 tahun ke atas sudah melampaui jumlah anak usia di bawah lima tahun secara global. Dengan harapan hidup yang lebih panjang, bukan berarti setiap tahun hidup semakin menurun kualitasnya.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE mengungkap bahwa orang berusia setidaknya 60 tahun — walaupun tidak berada dalam kondisi “kesejahteraan optimal” pada awalnya — berpotensi mengembalikan kesejahteraan optimal dalam waktu tiga tahun, apabila mereka menerapkan gaya hidup sehat, yakni aktivitas fisik teratur, makan sehat, tidak merokok, tidur cukup, serta menjaga kondisi kronis.
Istilah “kesejahteraan optimal” dalam penelitian ini mencakup berbagai aspek: dari kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, kesehatan fisik dan mental, kepuasan hidup, hingga tidak adanya gangguan berat seperti penyakit jiwa atau nyeri parah.
Sebelum membahas hasil dan strategi, penting untuk memahami pengertian “kesejahteraan optimal” yang digunakan dalam studi ini:
Tidak ada keterbatasan signifikan dalam aktivitas sehari-hari (misalnya berjalan, mandi, berpakaian)
Tidak menderita penyakit mental berat, kehilangan memori parah, atau rasa nyeri yang melemahkan
Memiliki dukungan sosial yang kuat (keluarga, teman, komunitas)
Tingkat kesehatan fisik dan mental yang baik, kebahagiaan, dan kepuasan hidup, meskipun mungkin ada penyakit kronis ringan
Dengan kombinasi aspek objektif dan subjektif inilah para peneliti menilai kondisi lansia sebagai “optimal” atau belum.
Penelitian ini menggunakan data dari Canadian Longitudinal Study on Aging (CLSA), yang melibatkan lebih dari 8.000 lansia (usia 60 tahun atau lebih) yang pada awal penelitian belum memenuhi kriteria kesejahteraan optimal.
Para peserta diobservasi selama tiga tahun dan diklasifikasikan berdasarkan apakah mereka berhasil kembali ke kondisi kesejahteraan optimal atau tidak. Selain itu, faktor gaya hidup dan kondisi fisik-mental mereka diukur secara berkala.
Peneliti menganalisis hubungan antara perubahan gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, status merokok, tidur, pengendalian penyakit kronis) dengan kemungkinan mencapai kembali status kesejahteraan optimal.
Salah satu temuan paling menarik adalah bahwa peserta yang mengadopsi kebiasaan sehat memiliki peluang lebih besar mencapai kembali kesejahteraan optimal dalam tiga tahun.
Beberapa aspek gaya hidup yang terbukti berkontribusi positif:
Aktivitas fisik teratur
Berhenti merokok atau tidak merokok
Tidur cukup dan berkualitas
Menjaga berat badan sehat
Mengendalikan penyakit kronis (diabetes, osteoporosis, dsb.)
Memelihara dukungan sosial dan kesehatan mental
Peserta yang awalnya memiliki kesejahteraan psikologis atau emosional baik lebih mungkin kembali ke kesejahteraan optimal. Dalam penelitian, individu-individu ini hampir lima kali lebih mungkin mencapai status optimal dibanding mereka yang dalam kondisi emosional kurang baik pada awal penelitian.
Artinya, kesehatan mental sejak awal menjadi landasan penting dalam proses pemulihan kualitas hidup lansia.
Penelitian menyebut bahwa sekitar sekitar satu perempat (25%) dari lansia yang tidak berada dalam status optimal di awal studi berhasil kembali ke kesejahteraan optimal dalam kurun waktu tiga tahun, melalui perubahan gaya hidup yang tepat.
Angka ini menunjukkan bahwa menua belum berarti terus-menerus menurun; ada potensi perbaikan bahkan di usia lanjut.
Prestasi penelitian ini bukan kebetulan. Ada alasan biologis dan psikologis mengapa olahraga dan pola makan sehat bisa membawa dampak signifikan:
Olahraga
Latihan rutin (baik aerobik, latihan beban ringan, jalan cepat) membantu menjaga massa otot, sirkulasi darah, kesehatan jantung, serta memperbaiki mood melalui hormon endorfin.
Pola makan sehat
Nutrisi seimbang memberikan tubuh zat gizi penting seperti vitamin, mineral, antioksidan, serta menjaga kadar gula darah dan inflamasi. Makanan diproses buruk dan pola makan tinggi gula, lemak jenuh, garam cenderung memperparah kondisi kronis.
Interaksi tubuh-otak
Nutrisi dan aktivitas fisik juga berpengaruh pada kesehatan otak — meningkatkan neuroplastisitas, memperlambat degenerasi syaraf, dan memelihara fungsi kognitif yang baik.
Efek sinergis
Kombinasi diet dan olahraga saling memperkuat: tubuh yang mendapatkan nutrisi baik akan lebih mudah pulih dan beradaptasi terhadap aktivitas fisik, sedangkan aktivitas fisik mempercepat metabolisme nutrisi.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...