Strategi Baru Presiden Korsel untuk Dorong Korut Lepas Senjata Nuklir
Kedutaan Besar Korea Selatan (Korsel) di Indonesia menyampaikan niat baik sekaligus gagasan baru dari Presiden Lee Jae Myung untuk mengupayakan...
Read moreMenurut laporan dari detikNews, Israel pada Rabu (1/10) waktu setempat merilis peringatan terakhir agar warga sipil Palestina segera meninggalkan Kota Gaza. Peringatan itu datang di tengah operasi militer yang semakin memperketat pengepungan atas kota terbesar di Jalur Gaza tersebut.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa kesempatan ini menjadi yang terakhir bagi warga Gaza untuk pindah ke wilayah selatan. “Ini merupakan kesempatan terakhir bagi warga Gaza yang ingin pindah ke wilayah selatan dan membiarkan anggota Hamas terisolasi di Kota Gaza,” kata Katz dalam pernyataannya di platform X, dikutip dari AFP.
Ia menambahkan bahwa siapa pun yang tetap tinggal di Kota Gaza akan dianggap sebagai teroris atau pendukung teroris. Peringatan keras ini menegaskan strategi militer Israel yang berfokus pada penguasaan penuh atas wilayah utara Jalur Gaza.
Berdasarkan keterangan saksi mata, pengeboman besar-besaran mengguncang Kota Gaza sebelum peringatan dikeluarkan. Israel juga mengumumkan keberhasilan merebut Koridor Netzarim, jalur penting yang menghubungkan wilayah tengah Gaza dengan pesisir barat. Penguasaan koridor tersebut secara efektif memutus hubungan antara utara dan selatan Jalur Gaza.
Menurut laporan militer Israel, warga yang meninggalkan Kota Gaza ke selatan harus melewati pos pemeriksaan ketat. Situasi ini membuat ribuan warga sipil terjebak dalam kondisi sulit, dihadapkan pada pilihan berat: bertahan dengan risiko tinggi atau mengungsi melalui jalur berbahaya.
Konflik di Jalur Gaza sudah berlangsung selama puluhan tahun, dengan siklus serangan, blokade, hingga upaya diplomasi yang gagal. Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, tetap menjadi target utama operasi militer Israel. Sementara itu, warga sipil sering kali menjadi korban terbesar dari konfrontasi ini.
Menurut data historis, sejak konflik memanas kembali, Israel telah meluncurkan ratusan serangan udara yang menghantam berbagai titik di Gaza. Laporan lembaga internasional menyebutkan puluhan ribu warga sipil harus mengungsi ke wilayah selatan yang dianggap lebih aman. Namun, dengan pengepungan yang semakin ketat, ruang aman itu semakin menyempit.
Situasi yang berkembang saat ini diperkirakan akan membawa dampak besar bagi kondisi kemanusiaan. Organisasi internasional seperti PBB telah berulang kali memperingatkan risiko bencana kemanusiaan di Gaza akibat blokade, serangan, dan keterbatasan akses bantuan.
Ekonomi Gaza juga semakin lumpuh. Sebelum konflik terbaru, data Bank Dunia menunjukkan lebih dari 50 persen penduduk Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan eskalasi militer terbaru, angka itu diperkirakan melonjak tajam. Harga kebutuhan pokok naik drastis, pasokan listrik dan air bersih semakin terbatas, sementara akses medis bagi korban luka-luka kian menurun.
Secara sosial, tekanan yang dihadapi warga Gaza memperdalam trauma lintas generasi. Anak-anak yang tumbuh di wilayah konflik berisiko tinggi mengalami gangguan psikologis jangka panjang. Situasi pendidikan pun terhambat karena banyak sekolah yang rusak akibat serangan udara.
Dunia internasional kembali menyerukan gencatan senjata. Beberapa negara menyerukan dialog damai dan perlindungan terhadap warga sipil. Namun, hingga kini, upaya mediasi sering kandas karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya.
Jika dibandingkan dengan konflik serupa di Suriah atau Yaman, pola yang terlihat hampir sama: warga sipil menjadi kelompok paling rentan, sementara proses diplomasi gagal menghentikan siklus kekerasan. Perbedaan utamanya, Jalur Gaza adalah wilayah yang sangat padat penduduk, sehingga setiap serangan berdampak langsung pada ribuan jiwa.
Menurut analis militer, ultimatum Israel bisa menjadi sinyal dimulainya operasi darat berskala besar di Kota Gaza. Jika hal itu terjadi, jumlah korban sipil diperkirakan meningkat signifikan. Di sisi lain, Hamas kemungkinan akan bertahan dengan strategi perlawanan di dalam kota yang padat, menciptakan risiko pertempuran urban yang sulit dikendalikan.
Situasi ini juga berpotensi memperburuk hubungan Israel dengan negara-negara tetangga. Mesir, misalnya, kerap menjadi jalur masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, dengan meningkatnya intensitas serangan, akses bantuan bisa semakin tertutup.
Referensi: detikNews
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Kedutaan Besar Korea Selatan (Korsel) di Indonesia menyampaikan niat baik sekaligus gagasan baru dari Presiden Lee Jae Myung untuk mengupayakan...
Read moreMenurut laporan dari detikNews, Israel pada Rabu (1/10) waktu setempat merilis peringatan terakhir agar warga sipil Palestina segera meninggalkan Kota...
Kedutaan Besar Korea Selatan (Korsel) di Indonesia menyampaikan niat baik sekaligus gagasan baru dari Presiden Lee Jae Myung untuk mengupayakan...