Skenario Lolos Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Usai Kalah dari Arab Saudi
Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Arab Saudi dengan skor tipis 2-3 dalam laga perdana Grup B babak keempat Kualifikasi Piala...
Read moreMenjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, muncul tekanan internasional agar Israel tidak diizinkan tampil. Menurut laporan media olahraga internasional, sejumlah negara bahkan mengancam akan menarik diri dari turnamen jika Israel tetap dilibatkan.
Isu ini mencuat akibat konflik berkepanjangan Israel-Palestina yang memicu gelombang protes global. Bagi sebagian pihak, kehadiran Israel di panggung sepak bola dunia dianggap problematis secara etika dan politik. Tekanan boikot ini juga didorong oleh opini publik dan kampanye global yang menyoroti dampak konflik terhadap masyarakat sipil Palestina.
Setelah beberapa waktu memilih diam, FIFA akhirnya menanggapi desakan tersebut. Berdasarkan laporan CNN Indonesia, Victor Montagliani selaku Wakil Presiden FIFA menyatakan bahwa masalah keanggotaan Israel bukan kewenangan FIFA, melainkan berada di bawah otoritas UEFA sebagai konfederasi regional.
“Masalah keanggotaan Israel ada di bawah yurisdiksi UEFA, bukan FIFA,” kata Victor Montagliani. Dengan pernyataan ini, FIFA menegaskan posisinya sebagai lembaga global yang berfokus pada regulasi umum, sementara keputusan spesifik terkait anggota diserahkan pada konfederasi benua.
Ada beberapa alasan yang membuat FIFA mengambil langkah ini:
Batas Kewenangan
FIFA memiliki aturan bahwa urusan keanggotaan negara-negara peserta berada di bawah konfederasi regional. Karena Israel berkompetisi di zona Eropa, maka keputusan sepenuhnya ada di UEFA.
Netralitas Politik
FIFA selalu menekankan bahwa sepak bola harus dipisahkan dari konflik politik. Dengan menyerahkan ke UEFA, FIFA berusaha menjaga netralitasnya.
Preseden Sejarah
Dalam kasus serupa sebelumnya, UEFA pernah menangani persoalan politik yang menyangkut negara-negara anggotanya. Artinya, jalur yang sama juga berlaku untuk Israel.
Jika UEFA memutuskan untuk menjatuhkan sanksi atau menangguhkan Israel, hal itu akan langsung berdampak pada jalur kualifikasi Piala Dunia 2026. Israel bisa kehilangan kesempatan tampil, dan hal ini akan memengaruhi peta persaingan.
Namun, jika UEFA memilih tidak memberikan sanksi, maka risiko boikot dari sejumlah negara akan meningkat. Situasi ini bisa menciptakan krisis dalam penyelenggaraan Piala Dunia, baik secara politik maupun komersial.
Selain itu, sponsor dan mitra internasional juga berpotensi ikut menekan federasi sepak bola agar isu ini mendapat perhatian serius.
Isu politik yang memengaruhi sepak bola bukan hal baru. Pada 2023, FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 karena protes terhadap keterlibatan Israel. Keputusan tersebut menimbulkan kontroversi besar dan memperlihatkan betapa sulitnya menjaga netralitas olahraga dari politik.
Kasus serupa juga pernah terjadi di era sebelumnya, ketika negara-negara tertentu dilarang tampil karena konflik atau kebijakan diskriminatif. Artinya, apa yang dialami Israel saat ini bukan fenomena baru, melainkan kelanjutan pola lama di mana olahraga berhadapan dengan realitas geopolitik.
Dengan sikap FIFA yang menyerahkan persoalan ini, UEFA kini berada di posisi krusial. Ada tiga skenario yang mungkin muncul:
UEFA tetap mengizinkan Israel bermain, dengan risiko mendapat protes keras dan ancaman boikot.
UEFA menjatuhkan sanksi terbatas, misalnya larangan bermain di wilayah tertentu atau tanpa penonton.
UEFA mencabut keanggotaan Israel, yang otomatis menutup jalan mereka ke Piala Dunia 2026.
Apapun keputusan UEFA, konsekuensinya akan besar, baik secara olahraga maupun diplomatik.
Referensi: CNN Indonesia
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia. Banyak penelitian yang menyoroti gaya hidup dan...
Gangguan penglihatan seperti mata minus ternyata bukan hanya persoalan visual semata. Menurut Dokter Spesialis Mata dari Yayasan Sentra Kolaborasi Kesehatan...