Evaluasi Diperlukan, Bukan Hanya Air Mata: Sindiran DPR ke Waka BGN atas Kasus Keracunan MBG

Anggota DPR mendesak evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah kasus keracunan siswa di berbagai daerah. Pengawasan ketat diperlukan agar insiden tidak terulang. Foto: Antara
Anggota DPR mendesak evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah kasus keracunan siswa di berbagai daerah. Pengawasan ketat diperlukan agar insiden tidak terulang. Foto: Antara

Anggota DPR mendesak evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah kasus keracunan siswa di berbagai daerah

Latar Belakang Program MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan pemerintah dengan tujuan mulia, yakni memastikan anak-anak sekolah di seluruh Indonesia mendapatkan asupan gizi yang layak. Program ini dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN) dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, sekolah, hingga vendor penyedia makanan.

Namun, sejumlah kasus keracunan massal yang menimpa siswa di berbagai wilayah membuat program ini menuai sorotan tajam. Insiden paling mencolok terjadi di Cipongkor, Bandung Barat, di mana 1.333 siswa dilaporkan keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Kasus lain juga terungkap di Ketapang, Kalimantan Barat, dengan dugaan ikan hiu goreng bermerkuri tinggi sebagai penyebab keracunan.

Kejadian tersebut menimbulkan keresahan besar di masyarakat dan memunculkan tuntutan evaluasi total agar program MBG tetap berjalan sesuai tujuan awalnya.


Kritik DPR terhadap Pelaksanaan MBG

Sindiran ke Wakil Kepala BGN

Anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago, menyoroti sikap Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, yang disebut hanya merespons dengan menangis saat mendengar kabar keracunan massal siswa. Menurut Irma, “menangis saja tidak cukup” untuk menghadapi persoalan serius yang menyangkut kesehatan ribuan anak sekolah.

Irma menegaskan bahwa masalah MBG tidak boleh dianggap remeh karena menyangkut masa depan generasi bangsa. Dibutuhkan langkah nyata berupa evaluasi menyeluruh, bukan sekadar simpati emosional.

Evaluasi Kontrak dan SPPG

Irma menyoroti pentingnya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Prosedur kontrak vendor menurutnya harus diperketat. Setiap vendor wajib menyertakan bukti fasilitas dapur, foto lokasi, dan kesanggupan membangun dapur sesuai standar. Tanpa hal itu, potensi risiko keracunan sangat besar.


Masalah Teknis yang Muncul

Standar Dapur dan Sanitasi

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED