Dokter Ungkap Cara Makan Daging Merah Tanpa Ganggu Kesehatan Jantung
Daging merah seperti sapi, kambing, dan domba telah lama menjadi menu favorit banyak orang. Mulai dari steak, sate, rendang, hingga...
Read moreCuci darah atau hemodialisis merupakan prosedur medis penting bagi penderita gagal ginjal. Prosedur ini berfungsi menyaring darah dari racun, limbah metabolik, serta kelebihan cairan yang tidak lagi mampu diproses oleh ginjal.
Menurut Medical News Today, terapi ini tidak hanya membantu membersihkan darah, tetapi juga memperpanjang harapan hidup pasien secara signifikan. Banyak pasien gagal ginjal yang mampu bertahan hingga puluhan tahun berkat kepatuhan menjalani cuci darah secara rutin.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa rata-rata angka harapan hidup bagi penderita gagal ginjal yang menjalani cuci darah berkisar antara 5 hingga 10 tahun, bahkan ada pasien yang bisa hidup 20 hingga 30 tahun setelah rutin menjalani prosedur ini.
Dokter biasanya juga menyarankan pasien untuk menerapkan pola makan rendah garam dan rendah protein, serta menjaga gaya hidup sehat guna meningkatkan kualitas hidup jangka panjang.
Meski manfaatnya besar, tidak sedikit pasien yang merasa lelah secara fisik dan mental setelah bertahun-tahun menjalani prosedur ini. Rasa bosan, kelelahan, hingga tekanan psikologis sering membuat sebagian pasien berpikir untuk berhenti.
Namun keputusan untuk tidak lagi menjalani cuci darah sangat berisiko. Berdasarkan laporan Very Well Health, menghentikan terapi ini bisa memperpendek umur secara drastis.
Pasien yang tidak menjalani cuci darah umumnya hanya mampu bertahan beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung tingkat keparahan penyakit ginjal dan kondisi tubuh secara keseluruhan.
Ketika ginjal gagal bekerja total, darah tidak dapat disaring dengan baik. Akibatnya, racun dan cairan tubuh menumpuk hingga menyebabkan gangguan serius pada organ vital seperti jantung, paru-paru, dan otak.
Efek paling fatal dari tidak menjalani cuci darah adalah penurunan drastis pada harapan hidup. Tubuh manusia bergantung pada fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ketika fungsi tersebut hilang, racun mulai menumpuk di aliran darah, menyebabkan tubuh keracunan internal. Menurut Very Well Health, beberapa pasien hanya mampu bertahan kurang dari dua minggu setelah berhenti menjalani dialisis, sementara yang lain sedikit lebih lama tergantung kondisi tubuh dan asupan cairan.
Berdasarkan keterangan dari National Kidney Foundation, tanpa proses cuci darah, racun dan cairan yang seharusnya disaring oleh ginjal akan menumpuk dalam jaringan tubuh.
Penumpukan ini menyebabkan kelelahan kronis, nyeri otot, serta penurunan konsentrasi. Pasien juga mudah merasa pusing dan kehilangan nafsu makan.
Sebagai langkah paliatif, dokter biasanya memberikan obat pereda nyeri atau terapi suportif untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang tidak dapat lagi menjalani dialisis.
Namun, upaya ini hanya bersifat sementara dan tidak bisa menggantikan fungsi cuci darah dalam membersihkan tubuh dari racun berbahaya.
Efek lain yang sering muncul pada pasien gagal ginjal yang tidak cuci darah adalah kesulitan bernapas. Ketika cairan menumpuk di tubuh, sebagian bisa mengisi rongga paru-paru (edema paru) dan menyebabkan sesak napas parah.
Menurut data dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), kondisi ini bisa berkembang cepat dalam hitungan jam hingga hari.
Untuk mengatasinya, dokter biasanya melakukan tindakan ultrafiltrasi guna mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh. Selain itu, pasien juga disarankan mengurangi asupan garam dan cairan, agar tekanan darah tetap stabil dan paru-paru tidak semakin terbebani.
Cuci darah bukan hanya berfungsi menyaring racun, tetapi juga menjaga kadar mineral penting dalam tubuh tetap seimbang. Jika tidak dilakukan, kadar kalium (K) dan fosfor (P) dalam darah dapat melonjak hingga ke level berbahaya.
Menurut penjelasan dari National Kidney Foundation, kalium tinggi dapat menyebabkan aritmia fatal atau gangguan irama jantung yang berujung pada serangan jantung mendadak.
Sementara itu, kelebihan fosfor dapat membuat tulang menjadi rapuh, menumpuk di pembuluh darah, dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Pasien gagal ginjal yang tidak menjalani dialisis biasanya mulai menunjukkan gejala jantung berdebar, dada terasa berat, hingga penurunan kesadaran akibat penurunan suplai oksigen ke otak.
Bahaya lain yang lebih mematikan adalah uremia, kondisi di mana zat limbah dari hasil metabolisme menumpuk di dalam darah.
Berdasarkan penjelasan dari Cleveland Clinic, uremia merupakan tanda bahwa ginjal sudah benar-benar gagal bekerja. Racun yang menumpuk menyebabkan berbagai gejala mulai dari mual, muntah, kelelahan ekstrem, hilang nafsu makan, hingga gangguan kesadaran seperti kebingungan, kejang, atau bahkan koma.
Uremia termasuk kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan segera melalui cuci darah atau transplantasi ginjal. Jika tidak segera ditangani, organ vital seperti jantung dan otak akan mengalami kerusakan permanen.
Selain dampak fisik, tidak menjalani cuci darah juga memengaruhi aspek mental dan sosial pasien. Banyak penderita gagal ginjal yang mengalami depresi, kecemasan, hingga kehilangan motivasi hidup karena terbatasnya aktivitas harian akibat kondisi kesehatan.
Menurut penelitian dari American Journal of Kidney Diseases, dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam menjalani terapi cuci darah.
Pasien yang mendapatkan dukungan psikologis cenderung lebih optimis dan memiliki peluang bertahan hidup lebih lama dibanding mereka yang merasa sendirian.
Meski cuci darah tidak menyembuhkan gagal ginjal, pasien bisa memperpanjang harapan hidup dengan menjaga pola makan dan gaya hidup sehat.
Beberapa langkah penting yang disarankan dokter meliputi:
Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam dan fosfor.
Membatasi asupan cairan agar tidak terjadi penumpukan.
Menghindari makanan tinggi kalium seperti pisang, alpukat, dan kentang.
Mengonsumsi obat sesuai resep dokter, terutama obat pengikat fosfat dan penurun tekanan darah.
Menjaga berat badan ideal dan rutin melakukan aktivitas fisik ringan.
Selain itu, pasien juga disarankan untuk rutin memeriksa kadar hemoglobin dan elektrolit agar kondisi tubuh tetap terpantau dengan baik.
Kemajuan teknologi medis memberi harapan baru bagi penderita gagal ginjal kronis. Saat ini, selain hemodialisis konvensional, tersedia metode cuci darah peritoneal (peritoneal dialysis) yang memungkinkan pasien melakukan prosedur penyaringan darah di rumah.
Beberapa rumah sakit di Indonesia juga telah mengembangkan program transplantasi ginjal bagi pasien yang memenuhi kriteria medis tertentu. Meski membutuhkan biaya tinggi, prosedur ini dinilai sebagai solusi terbaik karena dapat memulihkan fungsi ginjal secara permanen.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), lebih dari 850 juta orang di dunia mengalami gangguan ginjal kronis, dan sekitar 10 persen di antaranya berisiko membutuhkan cuci darah sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya menjalani terapi rutin sangat diperlukan, terutama bagi penderita yang sudah berada pada tahap gagal ginjal stadium akhir.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Aplikasi video berbasis kecerdasan buatan (AI) buatan OpenAI, yaitu Sora, mencuri perhatian publik hanya beberapa hari setelah peluncurannya.Dalam waktu kurang...
Cek Tanah Kini Bisa Dilakukan Secara Online Mengecek bidang tanah adalah langkah penting sebelum membeli atau mengelola lahan. Berdasarkan penjelasan...