Edinson Cavani Gantung Sepatu, Sang Predator Tenang di Balik Bintang Besar

Edinson Cavani resmi pensiun dari sepak bola pada usia 38 tahun. Ia dikenal sebagai striker tajam yang sering rela berada di balik sorotan superstar lain. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Edinson Cavani resmi pensiun dari sepak bola pada usia 38 tahun. Ia dikenal sebagai striker tajam yang sering rela berada di balik sorotan superstar lain. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)

Edinson Cavani resmi pensiun dari sepak bola pada usia 38 tahun

Striker legendaris asal Uruguay, Edinson Cavani, resmi mengumumkan pensiun dari dunia sepak bola profesional pada usia 38 tahun. Keputusan ini menutup perjalanan panjang hampir dua dekade kariernya di level tertinggi sepak bola dunia.

Dalam pernyataannya di media sosial, Cavani menyampaikan rasa terima kasihnya kepada sepak bola yang telah membentuk hidup dan kariernya. Menurut Cavani, olahraga inilah yang mengajarkan arti disiplin, ketekunan, dan bangkit kembali setelah jatuh.
“Terima kasih banyak sepak bola… Saya pergi dengan damai, dengan ketenangan hati karena mengetahui bahwa saya telah memberikan segalanya di setiap sesi latihan dan setiap pertandingan,” kata Edinson Cavani, melalui akun media sosial pribadinya.

Meski dikenal sebagai striker mematikan, Cavani kerap berada di balik sorotan superstar lain. Namun itulah yang membuatnya berbeda. Ia tetap bekerja keras, rendah hati, dan konsisten mencetak gol tanpa banyak bicara.

Perjalanan Karier: Dari Napoli, PSG, Hingga Manchester United

Karier Cavani bersinar saat ia tampil tajam di Serie A bersama Palermo dan Napoli. Penampilannya yang konsisten membuat klub kaya Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), mendatangkannya dengan nilai transfer sekitar €65 juta (sekitar Rp1,105 triliun).

Di awal kedatangannya di PSG, Cavani bahkan sempat dimainkan di posisi sayap selama tiga musim demi memberi ruang pada Zlatan Ibrahimovic yang menjadi ujung tombak utama. Menurut These Football Times, meski dibeli mahal, Cavani jarang dimainkan sebagai penyerang tengah murni pada periode tersebut.

Namun saat Ibrahimovic hengkang ke Manchester United, Cavani langsung mengambil alih peran sentral. Ia menutup musim 2016/2017 dengan torehan 47 gol dari 47 pertandingan. Pada periode itu, hanya Lionel Messi yang mampu mencetak gol lebih banyak.

Tidak hanya itu, sebelum era Kylian Mbappe, Cavani juga berhasil mencatatkan diri sebagai top skor sepanjang masa PSG. Catatan ini semakin menegaskan statusnya sebagai predator di kotak penalti.

Di level tim nasional, Cavani juga sering bergeser posisi demi memberi tempat bagi Luis Suarez. Ini menunjukkan betapa ia selalu siap berkorban untuk tim, meskipun itu membuat namanya tidak selalu berada di baris utama pemberitaan.

Setelah kontraknya habis di Paris, Cavani bergabung dengan Manchester United pada 2020. Meski sempat diragukan karena usia, ia justru tampil impresif. Cavani mencetak 17 gol dari 59 pertandingan di semua kompetisi dan membantu klub mencapai final Liga Europa 2021. Selain kontribusi gol, Cavani dikenal memiliki etos kerja tinggi serta menjadi mentor penting bagi para pemain muda.

Sempat membela Valencia, ia kemudian pulang ke Amerika Selatan dan berlabuh di Boca Juniors, klub terakhirnya sebelum resmi gantung sepatu.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED