Krisis Industri Makanan di Singapura: Ribuan Rumah Makan Tutup dan PHK Meluas

Ribuan restoran di Singapura gulung tikar akibat penguatan mata uang, sewa tinggi, dan biaya tenaga kerja. PHK massal melanda industri kuliner. (Foto: AP/Annabelle Liang)
Ribuan restoran di Singapura gulung tikar akibat penguatan mata uang, sewa tinggi, dan biaya tenaga kerja. PHK massal melanda industri kuliner. (Foto: AP/Annabelle Liang)

Ribuan restoran di Singapura gulung tikar akibat penguatan mata uang, sewa tinggi, dan biaya tenaga kerja

Industri makanan dan restoran di Singapura menghadapi guncangan serius. Data terbaru menunjukkan bahwa ribuan rumah makan bangkrut dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melanda sektor ini. Fenomena ini menggambarkan tekanan ekonomi yang sangat besar terhadap bisnis kuliner di negara kota tersebut.

Menurut laporan, sekitar 3000 gerai makanan telah tutup dalam jangka waktu terkini, sementara banyak pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Penyebab utama yang dikemukakan meliputi penguatan nilai tukar dolar Singapura, kenaikan harga sewa ruko, serta biaya tenaga kerja dan bahan pangan yang melonjak drastis.

Mengapa Restoran di Singapura Banyak Tutup? Faktor Ekonomi yang Tekan Industri

Penyebab tutupnya banyak restoran di Singapura berakar dari beban biaya yang meningkat secara signifikan. Penguatan dolar Singapura membuat biaya impor bahan pangan dan operasional menjadi lebih mahal bagi pemilik usaha. Hal ini berdampak langsung pada marjin keuntungan operasional restoran.

Kenaikan harga sewa ruko di pusat kota membuat biaya tetap (fixed cost) restoran membengkak, sehingga banyak pemilik usaha mengambil keputusan sulit untuk menutup gerai. Bersamaan dengan itu, biaya upah tenaga kerja juga naik — membuat beban pegawai dan operasional lebih berat.

Seorang pemilik restoran mengaku dalam waktu satu tahun harus menambah gaji staf hingga 10 persen, sementara biaya pangan dasar mengalami kenaikan sekitar 5 persen. Kombinasi faktor ini membuat usaha makanan sulit bertahan, terutama bagi restoran kecil atau dengan margin keuntungan tipis.

Efek kumulatif dari faktor-faktor ini mendorong gelombang kebangkrutan pada sektor restoran dan bisnis kuliner secara lebih luas.

Dampak PHK Massal dan Ketidakpastian Tenaga Kerja

Selain kebangkrutan restoran, sektor ketenagakerjaan ikut terkena imbas. Banyak pekerja, dari staf dapur hingga pelayanan, kehilangan pekerjaan. Hal ini memperburuk kondisi ekonomi bagi pekerja sektor jasa, yang sebelumnya mengandalkan penghasilan tetap dari industri kuliner.

Sektor real-estate dan perdagangan juga mengalami penurunan tenaga kerja, sementara sektor teknologi dan informasi menunjukkan dampak signifikan akibat perubahan permintaan dan kondisi ekonomi makro.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED