Prediksi Elon Musk: Uang dan Gaji Bisa Hilang di Masa Depan
Orang terkaya di dunia sekaligus CEO SpaceX, Elon Musk, kembali melontarkan pandangan futuristik yang memicu perdebatan global. Kali ini, Musk...
Read more
Perubahan cepat dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) memicu tantangan besar bagi perusahaan teknologi global. Dalam sebuah langkah strategis, perusahaan konsultasi IT raksasa, Accenture, memutuskan untuk memberhentikan lebih dari 11.000 karyawan dalam rangka restrukturisasi internal. (Menurut laporan DetikInet)
Meski jumlah tim pemecatan itu besar, manajemen menyebut bahwa PHK ini bagian dari upaya menyelaraskan struktur organisasi sejalan dengan fokus perusahaan pada pengembangan solusi AI intensif. Akibatnya, dari total 791.000 karyawan, jumlahnya menyusut menjadi sekitar 779.000 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.
CEO Accenture, Julie Sweet, menyatakan bahwa seiring AI menjadi bagian integral dari operasi bisnis, perusahaan mengharapkan agar para pegawainya ikut beradaptasi dan belajar teknologi baru. “Kami berinvestasi dalam meningkatkan keterampilan yang merupakan strategi utama kami,” kata Sweet, sebagaimana dikutip dari laporan media.
Perusahaan seperti Accenture mempercepat upaya adopsi AI agar tetap kompetitif. Restrukturisasi dilakukan agar organisasi menjadi lebih ramping dan responsif terhadap perubahan teknologi.
Untuk mendukung transformasi, Accenture menggencarkan pelatihan AI bagi karyawan. Mereka memberi peringatan bahwa karyawan yang tidak mengikuti pelatihan berpotensi ikut di PHK.
Dalam laporan yang sama disebutkan bahwa Accenture pada tahun 2025 mempekerjakan 77.000 profesional AI dan data, meningkat dari 40.000 pada 2023. Ini menunjukkan bahwa permintaan akan keahlian AI sangat tinggi.
Accenture melaporkan pendapatan sebesar USD 69,7 miliar tahun ini, tumbuh sekitar 7 persen dibanding tahun sebelumnya. Manajemen mengaitkan pertumbuhan ini dengan upaya AI sebagai pendorong utama kebutuhan klien akan transformasi digital.
PHK dalam skala besar menimbulkan ketidakpastian di kalangan tenaga kerja IT global. Karyawan terdampak mungkin mengalami kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai karena kebutuhan keterampilan yang kini lebih menekankan AI dan data.
Dengan penekanan tinggi pada AI, profesional teknologi yang memiliki kemampuan tradisional (misalnya administrasi TI, dukungan teknis umum) mungkin harus meningkatkan keterampilan mereka ke ranah pengembangan AI, pemrosesan data, atau machine learning agar relevan kembali.
Dampak ini memberi tekanan pada lembaga pendidikan dan pelatihan profesional untuk menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri AI. Sertifikasi dan pelatihan AI menjadi semakin krusial agar tenaga kerja tidak tertinggal.
Di tengah PHK massal, perusahaan harus mampu menjaga moral sisa karyawannya. Jika restrukturisasi dilakukan tanpa komunikasi jelas dan dukungan transisi karier, reputasi perusahaan bisa tergerus dan semangat kerja bisa menurun.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Insiden wisatawan tenggelam kembali terjadi di Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Wisatawan diimbau tidak berenang di sejumlah titik pantai karena terdapat...
Langkah Jay Idzes menuju San Siro terus menjadi sorotan. Bek Timnas Indonesia yang kini tampil solid bersama Sassuolo disebut siap...