Berapa Jumlah Langkah Jalan Kaki yang Ideal Agar Tetap Fit Setiap Hari
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Read more
Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi medis yang saling berkaitan dan meningkatkan risiko penyakit serius, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, hingga gangguan ginjal kronis. Kondisi ini bukan satu penyakit tunggal, melainkan kombinasi beberapa faktor metabolik yang muncul bersamaan.
Diagnosis sindrom metabolik umumnya ditetapkan jika seseorang memiliki setidaknya tiga dari lima kondisi berikut:
Obesitas sentral atau perut buncit (lingkar pinggang pria lebih dari 94–102 cm, wanita lebih dari 80 cm).
Tekanan darah tinggi ≥130/85 mmHg.
Kadar gula darah puasa meningkat (100–125 mg/dL) atau HbA1c 5,7–6,4%.
Trigliserida tinggi ≥150 mg/dL.
Kolesterol HDL rendah (kurang dari 40 mg/dL pada pria dan kurang dari 50 mg/dL pada wanita).
Sindrom metabolik dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang tampak kurus, karena lemak visceral atau lemak di sekitar organ tetap bisa menumpuk meskipun berat badan normal.
Beberapa faktor meningkatkan risiko sindrom metabolik, di antaranya:
Obesitas dan kurang aktivitas fisik – Gaya hidup sedentari menjadi pemicu utama.
Usia – Risiko meningkat setelah usia 40 tahun.
Genetik – Riwayat keluarga diabetes atau hipertensi berpengaruh besar.
Pola makan tidak sehat – Tinggi gula, karbohidrat olahan, dan lemak jenuh.
Kebiasaan merokok dan alkohol – Memperburuk profil metabolik.
Perubahan hormonal – Misalnya pada wanita pascamenopause.
Sindrom metabolik sering kali tidak menimbulkan gejala jelas, tetapi ada beberapa tanda yang patut diperhatikan:
Perut buncit dan lingkar pinggang meningkat.
Tekanan darah sering naik tanpa keluhan.
Gula darah puasa cenderung tinggi.
Mudah lelah dan kurang energi.
Perubahan kulit berupa bercak gelap (akantosis nigricans).
Gangguan kesemutan pada tangan atau kaki jika sudah ada komplikasi.
Sindrom metabolik juga dapat memengaruhi ibu hamil. Kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia, diabetes gestasional, hingga gangguan pertumbuhan janin.
Pencegahan sejak masa kehamilan sangat penting. Ibu hamil disarankan menjaga pola makan seimbang, rutin memantau tekanan darah dan kadar gula, serta melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur.
Apabila dibiarkan, sindrom metabolik dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:
Diabetes tipe 2 akibat resistensi insulin yang semakin parah.
Penyakit jantung koroner dan penyumbatan pembuluh darah.
Stroke karena aliran darah ke otak terganggu.
Perlemakan hati non-alkoholik, berpotensi berkembang menjadi sirosis.
Penyakit ginjal kronis yang memengaruhi fungsi organ vital.
Deteksi dini sangat penting karena sindrom metabolik sering kali tidak menunjukkan gejala. Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi:
Cek lingkar pinggang dan indeks massa tubuh.
Pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
Cek gula darah puasa dan HbA1c.
Pemeriksaan profil lipid (trigliserida dan HDL).
Banyak rumah sakit kini menawarkan pemeriksaan kesehatan gratis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemeriksaan ini bisa dimanfaatkan untuk deteksi dini.
Perbanyak konsumsi sayur, buah, kacang, dan biji-bijian.
Batasi gula tambahan, minuman manis, dan makanan olahan.
Pilih lemak sehat dari ikan, alpukat, dan kacang-kacangan.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Musim hujan sering membuat pemilik motor merasa percuma mencuci kendaraan. Hari ini dicuci, besok sudah kotor lagi. Tidak jarang motor...
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...