Tragis! Balita 3 Tahun Sukabumi Meninggal Karena Cacingan: Dedi Mulyadi Kritik Posyandu & PKK

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan duka dan sorotan terkait tragedi kecacingan akut yang menimpa balita asal Sukabumi—mewakili keprihatinan terhadap kelalaian roda pelayanan kesehatan desa. (Sumber: Kompas.com/Faqih Rohman Syafei)

Cerita ini menyimpan keprihatinan mendalam. Seorang balita berusia 3 tahun asal Sukabumi, yang diberi nama Raya, meninggal dunia setelah tubuh dan bahkan otaknya dipenuhi cacing gelang. Kasus ini bukan sekadar mengundang duka, tapi juga menyoroti lemahnya sistem kesehatan dasar di desa setempat.

Raya, yang tinggal di Desa Cianaga, Sukabumi, mulai dilarikan ke RSUD R. Syamsudin Kota Sukabumi pada 13 Juli 2025, dalam kondisi tak sadarkan diri. Tim medis di IGD menemukan cacing hidup keluar dari hidungnya suatu indikasi infeksi parah yang memicu perawatan intensif di ruang PICU, sayangnya Raya akhirnya meninggal pada 22 Juli 2025.

Menurut ahli, Raya didiagnosis terkena askariasis, yaitu infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Parasit ini menyebar melalui telur cacing yang mencemari tanah, kemudian masuk ke tubuh manusia terutama anak-anak yang bermain tanpa mencuci tangan terlebih dulu.

Raya tumbuh di lingkungan yang memprihatin, rumah panggung dengan kandang ayam di bawahnya. Ia kerap bermain di kolong rumah tanpa pengawasan dan sanitasi yang buruk. Ibunya juga ODGJ sementara ayahnya menderita TBC menambah rentannya kondisi keluarga satu ini.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melalui akun Instagram (@dedimulyadi71) menyampaikan rasa duka mendalam sekaligus kegeraman terhadap kelalaian. Ia menyoroti kinerja PKK, posyandu, hingga bidan desa, seakan tidak menjalankan fungsi perlindungan masyarakat yang menjadi tugas utama mereka. Bahkan, ia menegaskan sanksi akan ditegakkan terhadap aparat desa yang lalai dalam tugas ini.

Baca Juga:  Panglima TNI Resmi Tunjuk Letjen Muhammad Saleh Mustafa sebagai Wakil KSAD

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, menyampaikan bahwa Raya memang sering bermain di kolong rumah tanpa banyak pengawasan—apabila keluarga kesulitan atau tidak sadar keparahan penyakit, perawatan sering terlambat dilakukan. Setelah tragedi viral, pihak desa bekerja sama dengan tim relawan untuk penanganan pemakaman serta melakukan rehabilitasi lingkungan.

Masalah semakin pelik karena orang tua Raya tidak tercatat secara administatif (seperti KK atau BPJS), sehingga akses terhadap fasilitas kesehatan dan bantuan pemerintah sangat terbatas. Gubernur mengirim tim bantuan untuk merawat keluarga ini—langkah nyata di luar retorika.

BERITATERKAIT

REKOMENDASIUNTUKMU

BERITATERBARU