Tidur Cukup atau Rutin Olahraga: Mana yang Lebih Penting bagi Gaya Hidup Sehat
Tidur yang cukup dan olahraga rutin sering disebut sebagai pilar utama gaya hidup sehat. Namun di tengah kesibukan sehari hari,...
Read more
Setiap pergantian tahun, banyak orang menyusun resolusi untuk hidup lebih sehat, mulai dari menurunkan berat badan, memperbaiki pola makan, hingga tampil lebih bugar. Namun faktanya, tidak sedikit resolusi diet yang kandas hanya dalam hitungan minggu. Target yang sudah dirancang rapi sering kali berhenti di tengah jalan. Lalu, apa sebenarnya kesalahan yang paling sering membuat diet gagal?
Menurut spesialis gizi dr Nathania Sutisna, SpGK, penyebab paling umum gagalnya diet adalah kurangnya konsistensi. Hal ini biasanya terjadi karena metode diet yang dipilih tidak sesuai dengan kemampuan atau kebiasaan individu.
“Makannya saya selalu menyarankan ke semua orang itu, bahkan yang sehat juga ya kalau mau menjalankan diet yang sehat itu, yang penting satu doable, jadi yang harus bisa dilakukan,” kata dr Nathania Sutisna, Spesialis Gizi Klinik.
Artinya, diet yang terlalu memaksa atau tidak realistis cenderung sulit dipertahankan. Akibatnya, semangat diet hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya menyerah.
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah diet FOMO (fear of missing out), yaitu ikut pola diet tertentu hanya karena melihat orang lain berhasil. Menurut dr Nathania, keberhasilan diet seseorang belum tentu bisa diterapkan pada orang lain.
“Misalnya temen saya bagus Dok bisa berhasil dengan diet A, tapi itu tidak cocok dengan saya, biasanya cuman bertahan dua minggu saja,” kata dr Nathania.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ketika diet terasa tidak menyenangkan atau terlalu menyiksa, orang cenderung menyerah. Dampaknya, berat badan justru kembali naik, bahkan kadang lebih tinggi dibandingkan sebelum diet.
“Habis itu dia menyerah karena dia nggak menikmati dengan diet itu, akhirnya dia berat badannya naik lagi. Bahkan lebih tinggi dari berat badan awal. Jadi kuncinya itu konsisten sebetulnya,” sambungnya.
Kunci dari diet sehat bukan sekadar cepat turun berat badan, tetapi kemampuan untuk menjalaninya dalam jangka panjang.
Sebagai dokter gizi, dr Nathania menjelaskan bahwa pendekatannya selalu mempertimbangkan kondisi masing masing pasien. Mulai dari risiko kesehatan, gaya hidup, hingga kemampuan menerapkan pola diet tertentu.
“Mampu nggak melakukan diet ini? Kalau mampu, akan dicoba dulu. Dua minggu kemudian dievaluasi, cocok atau tidak,” ujarnya.
Evaluasi ini menjadi tahapan penting. Jika setelah dua minggu ternyata pola diet terasa berat atau tidak sesuai, maka perlu dilakukan penyesuaian.
“Jangan takut dengan perubahan, yang penting tetap dijalani sebagai diet sehat,” katanya.
Dengan kata lain, diet bukan proses kaku, tetapi perjalanan yang memerlukan penyesuaian agar tetap realistis dan aman. Pendekatan ini juga sejalan dengan rekomendasi lembaga kesehatan internasional. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), program penurunan berat badan yang sehat dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi tubuh masing masing.
Beberapa prinsip penting yang ditekankan antara lain:
Diet harus realistis dan doable, bukan menyiksa
Evaluasi penting dilakukan sejak minggu kedua
Setiap orang membutuhkan pola diet yang berbeda
Konsistensi lebih penting daripada hasil cepat
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Akhir bulan sering jadi momen paling jujur soal isi dapur. Stok bahan terbatas, tapi selera makan tetap ingin dimanjakan. Di...
Akhir bulan sering kali bikin kita harus pintar memilih menu. Inginnya tetap enak, bikin puas, tapi tidak ribet dan tetap...