Beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Yordania—Dr. Jafar Hassan—nggak mau tinggal diam ketika dengar pernyataan dari PM Israel Benjamin Netanyahu soal visi “Israel Raya”. Bukan cuma diprotes, Hassan malah terang-terangan bilang itu ilusi abadi.
Apa sih yang Hassan katakan?
Saat bertemu dengan rekan sejawatnya dari Lebanon, Nawaf Salam, di Amman, Hassan menyampaikan kritik pedas. Dia bilang, “Kami dengar visi dan usulan yang seperti mengisyaratkan perang abadi tanpa akhir, seperti ilusi ‘Israel Raya’ yang dikhayalkan oleh politisi ekstremis di Israel.” Kata Hassan, kebijakan seperti itu justru bikin Israel terisolasi dan “dikepung” oleh respons dunia dan kawasan.
Wah, langsung kena, ya. Jika dilihat secara global, visi itu memang bikin miris, apalagi ketika dunia lagi bergerak ke arah diplomasi, bukan dominasi.
“Greater Israel” itu apa, sih?
Istilah “Israel Raya” mengacu pada interpretasi Alkitab tentang wilayah zaman Raja Salomo—nggak cuma mencakup Palestina (Gaza dan Tepi Barat), tapi juga daerah di Yordania, Lebanon, dan Suriah modern. Para ultra-nasionalis di Israel bahkan mendesak pendudukan atas wilayah-wilayah itu.
Netanyahu sendiri sebelumnya sempat menyatakan bahwa dia merasa sangat terkait dengan visi ini. Ia bilang merasa berada di misi historis dan spiritual, mewujudkan impian para pendiri Israel dan generasi yang akan datang.
Kenapa ini bikin heboh?
Terlihat sebagai langkah provokatif
Banyak yang melihat pernyataan itu bukan sekadar retorika sejarah, melainkan bentuk ancaman nyata terhadap stabilitas regional. Arab negeri, termasuk Yordania dan kementerian luar negerinya, buru-buru mengecam dan menyebutnya sebagai eskalasi provokatif yang “melanggar hukum internasional dan Piagam PBB”.
Mengoyak peluang solusi dua negara (two-state solution)
Kalau dakwaan penjajahan dan ekspansi terus disuarakan, bagaimana harapan membentuk negara Palestina merdeka di tepi Barat dan Gaza bisa tetap hidup?
Isolasi Israel semakin dalam
Hassan bahkan menyebut bahwa kebijakan ekstremis itu bikin Israel terisolasi, dikelilingi oleh rasa benci dan dendam—akibat “pembantaian yang terus berlanjut”. Dia menegaskan bahwa dunia dan kawasan ini tak bakal memaafkan.
Reaksi negara-negara Arab
Bukan cuma Yordania, banyak negara Arab juga buka suara. Misalnya, Kementerian Luar Negeri Yordania menyebut itu sebagai ancaman serius terhadap kedaulatan negara. Itu juga telah dikonfirmasi dalam berbagai media regional.
Konteks lebih luas soal hubungan Israel–Yordania
Kalau kamu mau tahu, hubungan Israel dengan Yordania itu sudah panjang. Mereka sempat berkonflik di Tahun Enam 1967, lalu akhirnya menandatangani perjanjian damai pada 1994. Meski begitu, konflik Gaza terbaru bikin hubungan ini kembali tegang. Raja Abdullah bahkan mengecam aksi militer Israel terhadap Penduduk Palestina, hingga Yordania sempat menarik duta besarnya