Viral Roti O Hanya Terima Non Tunai, Bank Indonesia Buka Suara
Sebuah video yang memperlihatkan pelanggan toko roti tidak dapat membayar dengan uang tunai mendadak viral di media sosial. Dalam video...
Read more
Video pendek yang memperlihatkan mobil Sultan Hamengkubuwono X (HB X) disalip oleh rombongan kendaraan berpelat merah menjadi viral di media sosial. Dalam video tersebut, tampak Toyota Lexus hitam milik Sultan melaju dengan tenang tanpa pengawalan di jalanan Yogyakarta, sebelum akhirnya dilewati konvoi mobil pejabat yang disertai suara sirine khas rombongan dinas, dikenal masyarakat sebagai suara “tot tot wuk wuk”.
Peristiwa itu memicu perdebatan luas di dunia maya. Banyak warganet yang mengaitkan insiden tersebut dengan rombongan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, klarifikasi resmi dari pihak Kemenko Infrastruktur akhirnya membantah hal tersebut.
Menurut laporan media nasional, insiden ini terjadi pada Rabu, 8 Oktober 2025, saat Sultan HB X sedang dalam perjalanan menuju Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Pada hari yang sama, Menko AHY juga tengah melaksanakan agenda kunjungan kerja di lokasi yang sama.
Namun, dari hasil pengecekan lebih lanjut, rombongan AHY telah meninggalkan lokasi sekitar 30 menit lebih awal daripada rombongan Sultan HB X. Fakta ini menjadi kunci dalam membantah dugaan bahwa konvoi yang menyalip Sultan adalah milik rombongan AHY.
“Kalau ada yang membuat pernyataan bahwa itu rombongan Menko AHY, tentu tuduhan ini tidak benar dan tidak berdasar. Pak Menko AHY sudah meninggalkan tempat sekitar 30 menit lebih awal mendahului Sri Sultan,” kata Herzaky Mahendra Putra, Staf Khusus Menko Infrastruktur Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, dikutip Senin (13/10).
Potongan video berdurasi kurang dari satu menit itu menyebar cepat di platform seperti X (Twitter), TikTok, dan Instagram. Banyak warganet menilai perilaku konvoi pejabat yang menyalip mobil Sultan sebagai tindakan tidak sopan, terlebih karena Sultan HB X dikenal selalu menghindari pengawalan berlebihan saat berkendara di Yogyakarta.
Namun, sebagian pengguna media sosial lainnya menyebut bahwa belum tentu konvoi tersebut berasal dari kementerian yang sama dengan AHY, mengingat banyak rombongan pejabat yang sedang melintas di wilayah tersebut pada waktu yang hampir bersamaan.
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, video tersebut diambil di salah satu ruas jalan utama menuju kawasan Gunungkidul. Mobil yang terekam menyalip memang berpelat merah, menandakan kendaraan dinas, namun belum dapat dipastikan instansi mana yang menggunakannya.
Herzaky Mahendra Putra menjelaskan bahwa narasi di media sosial yang menuduh rombongan AHY menyalip mobil Sultan HB X tidak memiliki dasar fakta. Ia menegaskan bahwa rombongan Menko AHY telah lebih dulu meninggalkan area kegiatan sebelum Sultan memulai perjalanan pulang.
“Jadi, tidak mungkin Pak Menko AHY malah tertinggal dan harus mendahului Sri Sultan di lampu merah seperti terlihat di video,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Lebih lanjut, Herzaky mengimbau masyarakat agar tidak langsung menyebarkan informasi yang belum diverifikasi. Menurutnya, kesalahan interpretasi video dapat menimbulkan kesalahpahaman dan merugikan berbagai pihak.
“Kalau ingin memastikan itu rombongan siapa, bisa dicek nomor pelat merah salah satu mobil dalam rombongan tersebut. Silakan netizen mencari tahu, pelat merah itu terasosiasi dengan instansi mana,” tambahnya.
Sultan Hamengkubuwono X memang dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati dan dekat dengan masyarakat. Dalam berbagai kesempatan, ia kerap mengemudi sendiri atau hanya ditemani sopir tanpa pengawalan. Hal ini telah menjadi ciri khas beliau sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjunjung kesederhanaan.
Beberapa waktu lalu, Sultan juga sempat viral karena turut menenangkan massa demonstrasi di depan Polda DIY dengan pendekatan damai dan humanis. Tindakannya mendapat apresiasi luas dari publik, termasuk dari berbagai kalangan pemerintahan pusat.
Kebiasaannya untuk tidak menggunakan sirine atau pengawalan khusus membuat masyarakat Yogyakarta merasa dekat dan bangga, sekaligus menegaskan karakter kepemimpinan khas ngayogyakarta-an yang egaliter.
Kasus seperti ini menyoroti kembali perdebatan lama tentang etika berkendara rombongan pejabat di jalan umum. Dalam aturan lalu lintas, hanya rombongan yang memiliki izin resmi dari kepolisian yang boleh menggunakan sirine atau melakukan prioritas jalan.
Namun, di lapangan, banyak rombongan dinas yang tetap memanfaatkan fasilitas pengawalan meskipun tidak dalam keadaan darurat. Fenomena ini kerap menimbulkan ketegangan sosial antara pejabat dan masyarakat biasa.
Menurut data Korlantas Polri, pelanggaran penggunaan sirine dan rotator oleh kendaraan dinas masih cukup tinggi. Dalam satu tahun terakhir, terdapat lebih dari 1.200 kasus pelanggaran penggunaan rotator dan sirine tanpa izin resmi di seluruh Indonesia.
Kejadian di Yogyakarta ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya disiplin dan keteladanan pejabat publik dalam mematuhi aturan jalan raya, terlebih di wilayah yang menjunjung nilai kesopanan seperti DIY.
Viralnya video mobil Sultan HB X bukan hanya soal etika berkendara, tetapi juga menyentuh aspek kepercayaan publik terhadap pejabat negara. Dalam era digital saat ini, persepsi publik dapat terbentuk sangat cepat hanya dari potongan video berdurasi singkat.
Jika tidak ada klarifikasi yang cepat dan tepat, isu semacam ini bisa berdampak pada reputasi pejabat terkait maupun institusi pemerintah. Pihak Kemenko Infrastruktur menunjukkan langkah yang tepat dengan memberikan klarifikasi terbuka sesegera mungkin setelah video beredar.
Dari sisi sosial, publik Yogyakarta sangat menjunjung tata krama dan kesantunan. Maka, setiap insiden yang dianggap “tidak sopan” di jalan raya mudah mendapat sorotan, apalagi jika melibatkan tokoh penting seperti Sultan HB X.
Ada beberapa faktor yang membuat insiden ini cepat menjadi viral di media sosial:
Keterlibatan tokoh publik: Sultan HB X adalah figur yang sangat dihormati di Yogyakarta, sehingga setiap aktivitasnya menarik perhatian.
Simbol kesederhanaan vs kekuasaan: Video memperlihatkan kontras antara kesederhanaan Sultan dan kesan arogansi konvoi pejabat.
Konteks sosial media: Publik cenderung cepat membagikan konten yang memicu emosi, terutama yang berkaitan dengan pejabat dan ketidakadilan.
Minimnya klarifikasi awal: Sebelum ada penjelasan resmi dari pihak AHY, narasi liar sudah lebih dulu menyebar.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Musim hujan sering membuat pemilik motor merasa percuma mencuci kendaraan. Hari ini dicuci, besok sudah kotor lagi. Tidak jarang motor...
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...