Ancaman VPN Palsu Meningkat, Gen Z Jadi Sasaran Termudah di Internet

Laporan terbaru menunjukkan Gen Z jadi target utama VPN palsu yang membawa malware. Ketahui modus, risiko, dan cara menghindarinya. (Foto: Unsplash/Peter Lagson)
Laporan terbaru menunjukkan Gen Z jadi target utama VPN palsu yang membawa malware. Ketahui modus, risiko, dan cara menghindarinya. (Foto: Unsplash/Peter Lagson)

Laporan terbaru menunjukkan Gen Z jadi target utama VPN palsu yang membawa malware

Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang paling peduli terhadap isu privasi digital. Mereka tumbuh dalam lingkungan internet yang penuh risiko seperti kebocoran data, pelacakan iklan, hingga kewajiban untuk mempertahankan identitas digital di media sosial. Tidak mengherankan jika mereka lebih sering menggunakan VPN, browser anonim, dan beragam perangkat keamanan lain untuk menjaga aktivitas daring tetap aman.

Namun, menurut data Kaspersky, tren tersebut justru membuat Gen Z semakin rentan terhadap serangan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa kelompok ini menjadi target paling empuk bagi aplikasi VPN palsu yang membawa ancaman serius, mulai dari adware hingga trojan pencuri data.

Meningkatnya Serangan VPN Palsu dan Ancaman Malware

Berdasarkan data dari Kaspersky, sepanjang Oktober 2024 hingga September 2025 terdapat lebih dari 15 juta percobaan serangan yang menyamar sebagai aplikasi VPN. Angka ini bukan hanya menunjukkan popularitas layanan privasi, tetapi juga menggambarkan bagaimana minat besar terhadap VPN dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber.

Dalam temuan tersebut, ada tiga kategori ancaman yang paling banyak muncul melalui aplikasi VPN palsu.

Pertama adalah adware dengan lebih dari 284.000 temuan. Meski terlihat ringan karena sekadar menampilkan iklan, adware berbahaya karena dapat memantau aktivitas pengguna, termasuk pola browsing dan kebiasaan online.

Kategori kedua adalah trojan yang terdeteksi lebih dari 234.000 kali. Menurut laporan tersebut, trojan mampu mencuri data penting dan bahkan mengendalikan perangkat tanpa sepengetahuan pengguna. Ancaman ini menjadi salah satu yang paling berbahaya bagi pengguna muda yang kerap login ke banyak layanan digital.

Kategori ketiga adalah downloader dengan lebih dari 197.000 kasus. Downloader menjadi pintu masuk bagi malware lain untuk menginfeksi perangkat, sehingga risikonya terus berkembang dari waktu ke waktu.

Selain aplikasi palsu, para peneliti juga menemukan tren meningkatnya halaman phishing yang meniru tampilan login layanan VPN populer. Banyak halaman phishing dibuat menggunakan phishing kit siap pakai, sehingga tampak meyakinkan dan mudah membuat pengguna lengah. Begitu korban memasukkan email dan password, bukan hanya akun VPN mereka yang terancam, tetapi juga akun lain yang menggunakan kata sandi serupa.

Menurut Kaspersky, Gen Z cenderung lebih sering mencari VPN gratis atau versi crack dari aplikasi berbayar. Tren ini muncul karena mereka menginginkan keamanan tetapi tetap mengutamakan kenyamanan dan kemudahan akses.

Pakar Keamanan Kaspersky, Evgeny Kuskov, menjelaskan bahwa Gen Z berada dalam posisi rentan karena kebiasaan tersebut. “[Mereka sering didorong oleh kemudahan. Penyerang memanfaatkan ini dengan mempromosikan VPN crack atau aplikasi yang menyerupai layanan ternama],” kata Evgeny, Pakar Keamanan Kaspersky. Kebiasaan mencari aplikasi cepat tanpa memeriksa sumber membuat malware semakin mudah menyebar.

Upaya Edukasi dan Cara Menghindari Ancaman VPN Palsu

Melihat risiko yang semakin besar, para ahli keamanan berupaya meningkatkan edukasi digital kepada pengguna muda. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan pendekatan interaktif yang lebih relevan dengan kebiasaan Gen Z.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED