Risiko Kesehatan di Balik Kebiasaan Mengunyah Es Batu

Kebiasaan mengunyah es batu (pagophagia) bisa tanda kekurangan zat besi dan memiliki dampak buruk pada gigi, pencernaan, dan tenggorokan. (Foto: Shutterstock)
Kebiasaan mengunyah es batu (pagophagia) bisa tanda kekurangan zat besi dan memiliki dampak buruk pada gigi, pencernaan, dan tenggorokan. (Foto: Shutterstock)

Kebiasaan mengunyah es batu (pagophagia) bisa tanda kekurangan zat besi dan memiliki dampak buruk pada gigi, pencernaan, dan tenggorokan

Kebiasaan mengunyah es batu sering dilakukan tanpa disadari, terutama ketika menikmati minuman dingin. Sensasi dinginnya memberikan rasa segar, namun di balik itu ada sejumlah risiko yang dapat mengganggu kesehatan tubuh jika dilakukan berulang kali. Dalam dunia medis, kebiasaan ini dikenal sebagai pagophagia, yaitu dorongan kuat untuk terus mengonsumsi es batu. Kondisi tersebut termasuk ke dalam pica, gangguan yang membuat seseorang tertarik memakan benda tanpa kandungan nutrisi.

Pada sebagian orang, rutinitas mengunyah es batu bisa berkaitan dengan masalah gizi, terutama kekurangan zat besi. Menurut salah satu penjelasan kesehatan, dorongan kuat mengonsumsi es batu dapat muncul pada individu dengan anemia defisiensi zat besi. Ketika tubuh kekurangan nutrisi ini, fungsi berbagai organ dapat terpengaruh dan kondisi kesehatan pun menurun. Menggantikan makanan bernutrisi dengan es batu juga berpotensi menyebabkan tubuh mengalami kekurangan nutrisi penting.

Dampak pada Gigi dan Mulut

Struktur es batu yang keras dapat menimbulkan dampak buruk pada gigi. Beberapa pakar kesehatan menjelaskan bahwa kebiasaan ini bisa memicu gigi retak, meningkatkan sensitivitas terhadap dingin, dan merusak enamel secara perlahan. Walaupun kerusakan yang terjadi tampak kecil, retakan halus dapat berkembang menjadi masalah besar jika tidak segera ditangani. Permukaan es yang keras juga bisa merusak tambalan atau mahkota gigi, sehingga memungkinkan bakteri masuk dan memicu infeksi.

Selain itu, kebiasaan mengunyah es batu dapat menyebabkan iritasi tenggorokan. Paparan suhu yang terlalu dingin memengaruhi jaringan halus pada tenggorokan dan kerongkongan. Dalam beberapa kasus, iritasi tersebut dapat berubah menjadi peradangan, menyebabkan ketidaknyamanan seperti nyeri saat menelan atau sensasi mengganjal di area tenggorokan.

Dari perspektif pencernaan, konsumsi es batu yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi sistem pencernaan. Suhu es yang ekstrem bisa memicu kram perut, rasa kembung, dan gangguan pencernaan lainnya. Meskipun efeknya berbeda pada tiap orang, paparan suhu dingin berulang kali bisa membuat saluran pencernaan bekerja lebih keras dan memicu ketidaknyamanan.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED