Prediksi Elon Musk: Uang dan Gaji Bisa Hilang di Masa Depan
Orang terkaya di dunia sekaligus CEO SpaceX, Elon Musk, kembali melontarkan pandangan futuristik yang memicu perdebatan global. Kali ini, Musk...
Read more
Indonesia kembali menempati posisi teratas sebagai negara dengan tingkat penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau AI tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan data dalam laporan e-Conomy SEA 2025 yang disusun Google, Temasek, dan Bain and Company, tingkat adopsi dan interaksi pengguna terhadap fitur berbasis AI di Indonesia mencapai level yang belum tersaingi negara lain di kawasan tersebut.
Menurut Veronica Utami, Country Director Google Indonesia, momentum komersial AI di Indonesia sedang berada pada fase pertumbuhan yang sangat kuat. Veronica menjelaskan bahwa aplikasi yang menawarkan fitur AI mengalami peningkatan pendapatan terbesar di kawasan, yaitu mencapai 127 persen dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia bukan hanya sekadar mencoba fitur baru, tetapi benar-benar menggunakan dan memanfaatkannya dalam aktivitas digital sehari-hari.
Veronica juga mengungkapkan bahwa 80 persen responden menggunakan fitur AI setiap hari, angka yang menempatkan Indonesia di posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara, hanya terpaut sedikit dari Vietnam yang berada di angka 81 persen. Sebanyak 51 persen responden mengaku merasakan penghematan waktu yang signifikan saat menggunakan AI, terutama dalam aktivitas riset dan perbandingan informasi.
Dari sisi tenaga kerja, pelatihan yang berhubungan dengan keterampilan AI generatif juga meningkat drastis. Menurut Veronica, hal ini menunjukkan bahwa integrasi AI bukan lagi sekadar strategi masa depan, melainkan sudah menjadi keunggulan kompetitif bagi bisnis dan profesi masa kini.
Namun, tingginya adopsi AI ini ternyata tidak berjalan seiring dengan pertumbuhan jumlah startup AI di Indonesia. Berdasarkan data yang sama, Indonesia baru memiliki sekitar 45 startup AI, jauh tertinggal dari Malaysia yang mencapai 60 startup dan Singapura yang memiliki lebih dari 495 startup AI.
Veronica menilai, salah satu persoalan mendasar adalah kebutuhan skill teknis yang tinggi dalam membangun model AI. Menurutnya, startup AI membutuhkan tim yang tidak hanya menguasai teknik pemrograman dasar, tetapi juga memahami fondasi machine learning, pengolahan data, hingga pemodelan komputasi canggih.
Tantangan berikutnya adalah biaya investasi atau capital expenditure (CapEx). Veronica menjelaskan bahwa kebutuhan daya komputasi untuk mengembangkan produk berbasis AI jauh lebih tinggi dibandingkan startup teknologi konvensional. Infrastruktur komputasi dengan kapasitas tinggi seperti GPU dan server khusus membutuhkan investasi besar yang harus dikeluarkan secara berkelanjutan.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Insiden wisatawan tenggelam kembali terjadi di Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Wisatawan diimbau tidak berenang di sejumlah titik pantai karena terdapat...
Langkah Jay Idzes menuju San Siro terus menjadi sorotan. Bek Timnas Indonesia yang kini tampil solid bersama Sassuolo disebut siap...