Proyek Whoosh Sempat Kacau, Luhut: Saya Menerima Sudah Busuk Itu Barang

Luhut Pandjaitan cerita kondisi proyek Whoosh saat pertama kali diterimanya. Ia sebut proyek sudah "busuk" dan harus diperbaiki total. (Foto: VOI)
Luhut Pandjaitan cerita kondisi proyek Whoosh saat pertama kali diterimanya. Ia sebut proyek sudah "busuk" dan harus diperbaiki total. (Foto: VOI)

Luhut Pandjaitan cerita kondisi proyek Whoosh saat pertama kali diterimanya

Luhut: Saya Menerima Whoosh, Sudah Busuk Itu Barang

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan soal kondisi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau yang kini dikenal dengan nama Whoosh. Ia mengaku proyek tersebut sudah dalam kondisi bermasalah saat dirinya ditugaskan untuk menangani.

“Jadi memang saya menerima proyek (Whoosh) sudah busuk itu barang,” kata Luhut di Jakarta, Kamis (16/10).

Menurut Luhut, berbagai persoalan yang muncul pada proyek kereta cepat itu bukan hal sepele. Masalah terjadi mulai dari pembengkakan biaya, manajemen konstruksi yang tidak tertata, hingga pelanggaran teknis di lapangan.


Pembengkakan Biaya dan Investasi Tidak Cermat

Berdasarkan catatan dari lembaga ekonomi dan laporan pemerintah, proyek kereta cepat itu awalnya diperkirakan menelan biaya US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS). Namun dalam perkembangannya, nilai investasi melonjak menjadi US$7,2 miliar atau Rp116,54 triliun (kurs Rp16.186 per dolar AS).

Kenaikan nilai proyek tersebut disebabkan oleh perhitungan investasi yang kurang cermat dan sejumlah penyesuaian teknis yang tidak direncanakan sejak awal.

Masalah lain muncul dari pelaksanaan pembangunan fisik yang dinilai serampangan. Salah satu contohnya terjadi pada pembangunan pilar LRT oleh PT KCIC di KM 3 +800, yang dilakukan tanpa izin dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Kementerian PUPR menilai tindakan tersebut berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan, sekaligus menyebabkan masalah drainase hingga menimbulkan genangan air di ruas Tol Jakarta-Cikampek.


PUPR Pernah Hentikan Proyek Karena Masalah Konstruksi

Akibat berbagai pelanggaran teknis tersebut, Komite Keselamatan Konstruksi di bawah Kementerian PUPR pada tahun 2020 sempat menghentikan sementara pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Penghentian itu dilakukan berdasarkan surat bernomor BK.03.03-Komite k2/25 yang diterbitkan pada 27 Februari 2020. Dalam surat tersebut, disebutkan bahwa pelaksanaan proyek oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tidak memenuhi standar keamanan konstruksi nasional.

Langkah tegas itu diambil demi mencegah risiko kecelakaan yang lebih besar serta memberi waktu bagi pihak pengembang untuk memperbaiki sistem kerja di lapangan.


✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED