Waspadai: 5 Gejala Awal Gagal Ginjal yang Sering Diabaikan
Ginjal adalah salah satu organ vital yang berfungsi menyaring limbah, mengatur cairan tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit, dan membantu produksi hormon....
Read moreData terbaru dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa dari 32 juta orang yang ikut Cek Kesehatan Gratis (CKG) hingga 17 September 2025, penyakit yang paling sering ditemukan adalah kanker kolorektal (usus besar).
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas, Maria Endang Sumiwi, menyebut bahwa risiko kanker usus cukup signifikan, terutama pada populasi tertentu — seperti pria berusia di atas 45 tahun. Dia menyebutkan angka 24,2 persen sebagai salah satu indikator risiko yang diamati.
Untuk memahami mengapa kanker usus besar semakin membayangi warga Indonesia, kami menggali penjelasan dari para dokter dan pakar medis.
Menurut dr Eka Widya Khorinal, SpPD, KHOM, FINASIM (spesialis penyakit dalam dan onkologi medik), kanker pada umumnya bersifat multifaktorial. Artinya, ada banyak faktor yang saling mempengaruhi—tidak ada satu faktor tunggal yang selalu menjadi penyebab.
Beberapa faktor risiko yang diidentifikasi antara lain:
Pola makan rendah serat
Konsumsi buah, sayur, biji-bijian, dan makanan berserat tinggi membantu menjaga kesehatan saluran cerna. Tanpa asupan serat yang cukup, fungsi usus dan saluran pembuangan bisa terganggu.
Gaya hidup kurang aktif
Kebiasaan duduk lama, kurang olahraga, dan aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko berkembangnya kelainan usus.
Lingkungan dan polusi
Paparan zat kimia, polusi udara, atau kontaminan lingkungan berpotensi memicu mutasi sel usus.
Kebiasaan buruk
Merokok, konsumsi alkohol berlebih, dan stres kronis juga sering disebut sebagai katalisator berkembangnya kanker usus.
dr Eka juga menekankan bahwa kebanyakan orang tak menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan yang “kurang sehat.” Rutinitas sehari-hari yang tampak biasa bisa menjadi pendorong tumbuhnya sel abnormal di usus hingga berkembang menjadi kanker.
Salah satu kendala besar dalam penanganan kanker kolorektal adalah sifatnya yang “tersembunyi.” Gejala cenderung samar, atau muncul saat kondisi sudah lanjut. dr Eka menyebut bahwa kanker kolorektal sering kali baru diketahui ketika sudah stadium lanjut.
Berbeda dengan kanker pada organ luar seperti payudara atau kulit yang bisa terlihat langsung, kanker usus tumbuh di dalam perut, di bagian yang sulit dipantau tanpa pemeriksaan medis khusus. Hal ini membuat deteksi dini jauh lebih sulit.
Para pakar juga menunjukkan bahwa kasus kanker usus besar semakin meningkat di kelompok usia muda. Prof. Ari Fahrial Syam dari FKUI mencatat bahwa pola hidup saat ini—seperti konsumsi daging tinggi lemak, kurang sayur, merokok, dan obesitas—mendorong munculnya kanker kolorektal pada usia 20–40 tahun.
Ia menyebut bahwa sebelumnya kanker usus lebih banyak menyerang usia lanjut, tapi kini tren menunjukkan bahwa kelompok usia produktif juga rentan.
Walau gejala kanker usus besar bisa beragam dan tidak selalu khas, ada beberapa tanda yang sering diabaikan tetapi penting untuk diwaspadai:
Perubahan pola buang air besar
Sembelit atau diare yang berlangsung lama, atau tinja yang bentuknya berubah seperti lebih tipis dari biasa.
Darah dalam tinja
Bisa berupa darah merah terang atau darah yang tersembunyi (hanya terdeteksi lewat pemeriksaan laboratorium).
Rasa tidak nyaman di perut
Kram, kembung, atau perasaan penuh yang tidak kunjung hilang.
Penurunan berat badan drastis tanpa sebab jelas
Tubuh membakar lebih banyak energi, dan penyerapan nutrisi terganggu.
Kelelahan atau anemia ringan
Karena pendarahan dalam usus bisa menyebabkan kehilangan zat besi sehingga timbul anemia.
Jika gejala-gejala ini berlangsung lebih dari beberapa minggu, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter spesialis.
Melihat kenyataan bahwa kanker usus besar bisa menyerang banyak orang dan terlambat terdeteksi, berikut beberapa rekomendasi yang dianjurkan pakar kesehatan:
Skrining rutin
Bagi mereka yang berusia 45 tahun ke atas, atau memiliki faktor risiko tinggi, skrining kolorektal sangat disarankan.
Makan sehat dan serat tinggi
Penuhi konsumsi buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian untuk menjaga fungsi usus.
Aktivitas fisik teratur
Jalan kaki, olahraga ringan, atau bergerak aktif setidaknya 30 menit setiap hari membantu menjaga sistem pencernaan.
Hindari kebiasaan merokok & alkohol
Kebiasaan ini tambah memperparah risiko kanker usus besar.
Konsultasi medis bila curiga
Bila muncul tanda-tanda yang mencurigakan, segera lakukan pemeriksaan medis, seperti kolonoskopi atau tes darah/tinja khusus.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Ginjal adalah salah satu organ vital yang berfungsi menyaring limbah, mengatur cairan tubuh, menjaga keseimbangan elektrolit, dan membantu produksi hormon....
Read morePerusahaan SpaceX meluncurkan varian baru untuk layanan internet satelit bernama Starlink Mini, sebuah perangkat keras yang lebih ringkas dan dapat...
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa dari 32 juta orang yang ikut Cek Kesehatan Gratis (CKG) hingga 17...