Krisis Keracunan Massal MBG di Cipongkor: Korban Naik ke 600 Orang

Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor terus memburuk. Lebih dari 600 orang melaporkan gejala mual, pusing, dan muntah. Inilah kronologi terkini, respon pemerintah, dan keluhan warga. Foto: ANTARA/HO-Polda Jabar
Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor terus memburuk. Lebih dari 600 orang melaporkan gejala mual, pusing, dan muntah. Inilah kronologi terkini, respon pemerintah, dan keluhan warga. Foto: ANTARA/HO-Polda Jabar

Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor terus memburuk

Lonjakan Korban: Dari Ratusan ke 600 Lebih

Hingga pukul 06.37 WIB pagi tadi, jumlah korban keracunan massal di Cipongkor telah tercatat 600 orang. Gejala yang dilaporkan meliputi mual, muntah, pusing, dan berbagai keluhan pencernaan lainnya.

Sebelumnya, korban sempat dilaporkan sekitar 500 siswa, namun jumlah terus bertambah seiring banyaknya yang datang ke posko medis.

Orang tua siswa di kawasan Cipongkor bahkan menyatakan keprihatinannya dan keinginan agar program MBG dievaluasi atau dihentikan sementara untuk menjaga keselamatan anak.


Kronologi Awal & Indikasi Penyebab

Kasus ini berawal ketika sembilan puluh peserta dari berbagai jenjang sekolah di Cipongkor melaporkan keluhan setelah menyantap paket MBG—dengan lauk ayam geprek dan buah stroberi sebagai menu utama. Beberapa siswa menyebut stroberi terlihat agak berlumut atau berbeda dari biasanya.

Setelah jam makan siang, beberapa siswa mengeluhkan mual dan muntah. Laporan korban bertambah dan akhirnya muncul dugaan keracunan massal.

Beberapa pihak menyebut bahwa salah satu dapur penyedia makanan dalam program MBG mungkin memasok bahan yang sudah basi atau tidak layak konsumsi. Namun hingga saat ini investigasi masih berlangsung.


Respon Pemerintah & Penanganan Korban

Pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat menetapkan insiden ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) agar penanganannya bisa dipercepat dan dikoordinasikan lebih serius.

Berbagai fasilitas kesehatan dan posko medis didirikan untuk menangani korban. Korban dirawat di Puskesmas, rumah sakit, dan di posko kecamatan sambil menunggu rujukan bila diperlukan.

Petugas kesehatan terus melakukan observasi dan perawatan terhadap siswa yang masih dalam kondisi lemah. Pemerintah provinsi juga menjamin bahwa layanan kesehatan akan tetap terbuka dan memadai bagi para korban.


Keluhan dan Kecurigaan Warga & Korban

Banyak siswa menyebut bahwa terdapat kejanggalan pada menu makanan yang disajikan. Misalnya, bau atau tampilan ayam yang “berbeda” dan buah stroberi yang tampak tidak segar.

Orang tua pun menjadi sangat waspada dan meminta agar anak-anak dijauhkan dari program MBG sementara waktu hingga penyebab pasti ditemukan.

Sementara itu, siswa yang pulang dari posko juga melaporkan rasa lelah, pusing, dan ketidaknyamanan yang kadang berlanjut setelah pulang rumah.


Tantangan & Langkah Investigasi Lanjutan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam penanganan kasus ini antara lain:

  • Menemukan sumber kontaminasi—apakah bahan sudah basi, tercemar mikroba, atau proses pengolahan yang tidak higienis

  • Analisis laboratorium terhadap sisa makanan MBG yang diduga menjadi penyebab

  • Koordinasi lintas instansi: dinas kesehatan, pengawas pangan, pemerintah daerah, hingga sekolah

  • Penanganan medis yang merata, terutama untuk korban di daerah terpencil atau sekolah jauh dari fasilitas rumah sakit

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED