Jensen Huang, bos dan pendiri NVIDIA, berbicara dengan nada mengejutkan saat kunjungannya ke Beijing baru-baru ini. Saat ditanya jurusan apa yang akan dipilih kalau dia masih berusia 20 tahun pada 2025, jawabannya mengejutkan banyak pihak: bukan ilmu komputer, melainkan ilmu fisik seperti fisika, robotik, atau sains alam lainnya.
Menurut Huang, AI kini sudah bergerak ke ranah baru yang disebut “Physical AI”—sebuah gelombang AI yang bukan hanya cerdas secara digital tapi juga melekat pada dunia fisik, menangani materi dan hukum alam. Untuk menghadapi masa depan teknologi seperti itu, memahami hukum gerak, inertia, dan mekanika dalam dunia nyata jadi sangat krusial.
Pandangan Huang ini jadi semacam sinyal pergeseran tren dalam edukasi teknologi, dari yang banyak menekankan pemrograman dan software, ke pemahaman fundamental di ranah fisika dan mekanik. Addendum tambahan seperti biologi atau robotika juga menjadi relevan, karena AI hari ini dan besok akan semakin menyatu dengan lingkungan fisikal.
Tak hanya menyampaikan kekagumannya pada sains fisik, Huang juga tampak mengikuti pola tokoh teknologi besar lainnya: Elon Musk dan Pavel Durov juga kerap mendorong agar generasi muda mempelajari sains dasar—seperti matematika dan fisika—yang menjadi fondasi bagi inovasi di era AI.
Pernyataan Huang ini juga mencerminkan filosofi NVIDIA dalam mengembangkan teknologi. Perusahaan ini tidak hanya menguasai perangkat keras (hardware) dan chip AI, tapi juga memposisikan diri sebagai penerobos gelombang AI yang mengintegrasikan dunia digital dengan realitas fisik.