Isu hangat tentang akuisisi mayoritas saham BCA oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) bikin ekonomi sempat panas. Untungnya, CEO Rosan Roeslani buru-buru klarifikasi: tidak ada rencana semacam itu, sama sekali.
Kabar ini sempat mencuat karena mengaitkan akuisisi saham BCA dengan BLBI. Beberapa pihak bahkan mendesak pemerintah segera mengambil alih 51 persen saham bank swasta terbesar itu. Tapi Rosan bilang, klaim seperti ini justru bisa merusak stabilitas keuangan dan iklim investasi di Indonesia.
Sementara itu, manajemen BCA juga angkat bicara, membantah isu lama yang sempat muncul soal pengambilalihan saham saat era Megawati. Menurut korporasi, nilai pasar saat itu jauh berbeda dengan angka yang beredar—yang sering disebut Rp117 triliun adalah total aset, bukan nilai akuisisi. Yang benar? Harga pasar saat itu hanya sekitar Rp10 triliun. Semuanya dilakukan secara transparan dan sesuai regulasi.
Sentimen negatif hingga turun saham pun sempat terjadi. Tapi pihak BCA menegaskan fundamentalnya kuat—kapitalisasi pasar telah menyentuh Rp1.032 triliun, sementara asetnya mencapai Rp1.504 triliun per semester pertama 2025.