8 Stimulus Pasti Prabowo untuk Akselerasi Ekonomi 2025: Rincian & Target
Pemerintah Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan delapan stimulus ekonomi strategis yang akan diluncurkan di sisa tahun 2025 sebagai bagian dari...
Read moreUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, lebih dari 60% PDB Indonesia disumbang oleh sektor UMKM. Meski demikian, tidak sedikit UMKM yang kesulitan berkembang karena permasalahan finansial.
Kesalahan dalam mengelola keuangan bisa berakibat fatal. Banyak usaha potensial yang terpaksa gulung tikar bukan karena produk atau layanannya tidak laku, melainkan karena pemiliknya tidak mampu mengatur arus kas, mencatat transaksi, atau memisahkan keuangan pribadi dan bisnis.
Artikel ini akan membahas 7 kesalahan finansial yang sering dilakukan UMKM, dilengkapi dengan tips praktis, contoh kasus, dan strategi menghindarinya agar usaha bisa bertahan dan berkembang.
Banyak pelaku UMKM mencampur pemasukan bisnis dengan kebutuhan pribadi. Akibatnya, sulit mengetahui laba bersih yang sebenarnya. Hal ini juga menyulitkan saat membuat laporan keuangan atau mengajukan pinjaman usaha.
Pak Andi, pemilik usaha kue rumahan, sering menggunakan uang hasil penjualan untuk kebutuhan rumah tangga tanpa pencatatan. Ketika akhir bulan, ia kebingungan karena tidak ada modal tersisa untuk membeli bahan baku.
Buka rekening bank khusus untuk bisnis.
Tentukan gaji tetap bagi diri sendiri sebagai pemilik usaha.
Gunakan aplikasi pencatatan sederhana untuk memisahkan transaksi.
Tanpa pencatatan, pemilik UMKM tidak tahu berapa pemasukan, pengeluaran, dan keuntungan riil. Ini berpotensi menyebabkan pemborosan, salah kalkulasi harga, dan kebocoran kas.
Gunakan buku kas harian atau aplikasi akuntansi sederhana.
Catat transaksi sekecil apapun, termasuk biaya parkir, ongkir, atau bahan tambahan.
Lakukan review mingguan untuk memastikan tidak ada data yang terlewat.
Cash flow adalah “darah” bagi bisnis. Meskipun laba terlihat besar, jika arus kas negatif, usaha bisa tersendat.
Usaha konveksi menerima order besar senilai Rp100 juta dengan pembayaran tempo 3 bulan. Namun, pemilik tidak menyiapkan cadangan dana untuk biaya produksi dan gaji karyawan. Akibatnya, produksi tertunda meski ada pesanan besar.
Sisihkan dana darurat minimal untuk 3 bulan operasional.
Atur sistem pembayaran, misalnya meminta uang muka 30–50% sebelum produksi.
Gunakan proyeksi arus kas bulanan untuk perencanaan.
Pinjaman usaha bisa membantu ekspansi, tetapi tanpa perhitungan, hutang justru menjadi beban. Banyak UMKM gagal bayar karena bunga yang menumpuk.
Hitung rasio utang terhadap modal. Idealnya, cicilan bulanan tidak melebihi 30% dari keuntungan bersih.
Pilih lembaga keuangan resmi dengan bunga wajar.
Gunakan hutang hanya untuk kebutuhan produktif, bukan konsumsi.
Menentukan harga terlalu rendah demi bersaing bisa merugikan bisnis. Sebaliknya, harga terlalu tinggi tanpa nilai tambah bisa membuat konsumen lari ke kompetitor.
Modal produksi 1 kue = Rp5.000
Biaya kemasan = Rp1.000
Total biaya = Rp6.000
Jika dijual Rp7.000, keuntungan kotor hanya Rp1.000 (sekitar 14%). Setelah dikurangi ongkos kirim dan biaya promosi, usaha bisa rugi.
Gunakan metode Cost-Plus Pricing (harga = biaya total + margin keuntungan).
Analisis harga pasar untuk menyesuaikan dengan daya beli konsumen.
Berikan diferensiasi produk agar bisa bersaing bukan hanya di harga.
Bisnis selalu menghadapi risiko, mulai dari penurunan penjualan, keterlambatan pembayaran pelanggan, hingga kenaikan harga bahan baku. Tanpa dana darurat, usaha rawan terhenti mendadak.
Sisihkan minimal 10% dari laba bersih untuk dana darurat.
Simpan dalam rekening terpisah atau instrumen likuid seperti tabungan bisnis.
Gunakan dana ini hanya untuk keadaan mendesak, bukan kebutuhan rutin.
Banyak UMKM hanya fokus pada keuntungan jangka pendek tanpa mengalokasikan dana untuk pengembangan, seperti pelatihan karyawan, pemasaran digital, atau inovasi produk.
Bisnis stagnan dan sulit bersaing dengan kompetitor yang lebih adaptif.
Alokasikan 5–10% dari laba untuk riset produk dan promosi.
Ikuti pelatihan atau workshop keuangan untuk meningkatkan pengetahuan.
Gunakan teknologi digital seperti marketplace dan media sosial untuk memperluas pasar.
Ya. Laporan sederhana tentang pemasukan, pengeluaran, dan keuntungan sangat penting untuk memantau kesehatan bisnis.
Minimal setara 3–6 bulan biaya operasional agar bisnis tetap berjalan meski ada kendala.
Dengan menghitung total biaya produksi ditambah margin keuntungan yang wajar, lalu menyesuaikan dengan harga pasar.
Tidak. Hutang bisa bermanfaat jika digunakan untuk tujuan produktif, seperti membeli mesin atau memperluas usaha. Yang berbahaya adalah hutang konsumtif tanpa perhitungan.
Pisahkan rekening pribadi dan bisnis, catat transaksi harian, buat anggaran bulanan, dan review laporan secara rutin.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Pemerintah Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan delapan stimulus ekonomi strategis yang akan diluncurkan di sisa tahun 2025 sebagai bagian dari...
Read moreDirektorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya kembali mengungkap kasus peredaran narkoba di Jakarta. Seorang pria berinisial RS ditangkap di kawasan...
Martabak manis atau terang bulan adalah salah satu jajanan favorit masyarakat Indonesia yang tidak pernah kehilangan penggemar. Teksturnya yang lembut,...