Tragedi Aerobatik 1951: Pilot Pertama TNI AU Gugur di Udara

Kisah tragis Mulyono, pilot jet tempur pertama TNI, gugur saat aksi aerobatik di Surabaya tahun 1951. Inilah sejarah awal penerbangan militer Indonesia. (Foto: tni-au.mil.id)
Kisah tragis Mulyono, pilot jet tempur pertama TNI, gugur saat aksi aerobatik di Surabaya tahun 1951. Inilah sejarah awal penerbangan militer Indonesia. (Foto: tni-au.mil.id)

Kisah tragis Mulyono, pilot jet tempur pertama TNI, gugur saat aksi aerobatik di Surabaya tahun 1951

Kisah tentang pilot jet tempur pertama Indonesia, Mulyono, menjadi bagian penting dalam sejarah dunia penerbangan militer Tanah Air. Namanya dikenal sebagai pionir di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang kini dikenal sebagai TNI Angkatan Udara (TNI AU). Namun, perjalanan hidupnya harus berakhir tragis ketika pesawat yang dikemudikannya jatuh saat melakukan aksi aerobatik di Surabaya tahun 1951.

Kisah ini kembali ramai diperbincangkan setelah pemerintah Indonesia menyetujui pembelian jet tempur Chengdu J-10C asal China senilai US$9 miliar (sekitar Rp146 triliun) untuk memperkuat armada TNI AU. Di balik pengadaan jet canggih tersebut, ada sejarah panjang perjuangan para penerbang Indonesia, salah satunya Mulyono.

Dari Masinis Jadi Pionir Udara Indonesia

Mulyono bukan berasal dari latar belakang militer udara. Ia awalnya bekerja sebagai masinis, namun ketertarikannya pada dunia penerbangan membawanya ke Sekolah Penerbangan di Malang pada tahun 1945. Setelah itu, ia pindah ke Sekolah Penerbangan Maguwo di Yogyakarta, yang kemudian berubah nama menjadi Akademi Angkatan Udara (AAU).

Masa itu bertepatan dengan situasi perang kemerdekaan. Menurut buku Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945–1950 (2008), Mulyono sempat diterjunkan dalam pertempuran udara melawan Belanda tahun 1947 di Semarang, meski statusnya masih sebagai siswa penerbang. Aksi tersebut tercatat sebagai serangan udara pertama AURI dalam sejarah Indonesia.

Keberanian dan kemampuannya membuat Mulyono dipercaya membawa pesawat pembom Guntai untuk menyerang basis Belanda. Ia juga aktif dalam misi pengiriman logistik udara untuk para pejuang di berbagai daerah. Dari keberhasilan misi-misi tersebut, Mulyono dinobatkan sebagai pilot tempur pertama Angkatan Udara Republik Indonesia.

Setelah perang usai, Mulyono terus mengembangkan kemampuan terbangnya. Ia mendapat kesempatan menempuh pendidikan penerbangan di luar negeri karena dikenal sangat cerdas dan piawai mengendalikan pesawat. Dalam berbagai latihan udara, Mulyono dikenal mampu bermanuver ekstrem dan menghindari serangan musuh dengan ketepatan tinggi.

Namun, karier cemerlangnya berakhir pada 12 April 1951 pukul 17.30 di Surabaya. Saat itu, Mulyono memimpin formasi penerbangan dalam pertunjukan aerobatik memperingati lima tahun berdirinya AURI. Ia mengemudikan pesawat Mustang, pesawat tempur legendaris yang digunakan banyak negara pasca Perang Dunia II.

Menurut arsip harian Pikiran Rakyat (14 April 1951), aksi aerobatik Mulyono semula berjalan memukau. Penonton bersorak kagum melihat gerakan menukik dan melambung yang ia lakukan. Namun, pada satu momen, pesawatnya terlihat mengeluarkan ledakan kecil disertai asap. Banyak penonton mengira itu bagian dari atraksi. Sayangnya, sesaat kemudian pesawat menukik tajam dan menabrak tanah.

“Pesawat langsung menukik tajam secara cepat dari udara dan menujam ke tanah hingga motor dan kokpit masuk ke tanah sedalam satu meter,” tulis koran tersebut.

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED