Takut Dekat dan Cemas Ditinggal? Ini Tanda Fearful Avoidant Attachment

Ingin dekat tapi justru menjauh saat hubungan makin serius? Bisa jadi kamu mengalami fearful avoidant attachment. (Foto: tirachard/Freepik).
Ingin dekat tapi justru menjauh saat hubungan makin serius? Bisa jadi kamu mengalami fearful avoidant attachment. (Foto: tirachard/Freepik).

Ingin dekat tapi justru menjauh saat hubungan makin serius? Bisa jadi kamu mengalami fearful avoidant attachment

Pernahkah kamu merasa ingin dekat dengan seseorang, tapi justru menarik diri ketika hubungan mulai serius? Atau merasa cemas ditinggalkan, namun tetap menjaga jarak agar tidak terlalu terikat? Jika iya, bisa jadi kamu mengalami fearful avoidant attachment.

Menurut Kompas, gaya keterikatan ini sering terjadi pada orang dewasa yang mengalami pola pengasuhan tidak konsisten saat kecil. Dalam dunia psikologi, fearful avoidant juga dikenal sebagai disorganized attachment, yaitu gaya keterikatan yang membingungkan dan penuh pertentangan antara keinginan dan ketakutan terhadap kedekatan.

Apa Itu Fearful Avoidant Attachment?

Fearful avoidant attachment merupakan salah satu dari empat gaya keterikatan dalam teori attachment style. Gaya ini ditandai oleh konflik batin yang kuat, yaitu keinginan akan hubungan yang dekat, namun disertai dengan ketakutan akan kedekatan itu sendiri.

Melansir dari Verywell Mind, individu dengan gaya ini biasanya:

  • Ingin dicintai dan merasa aman

  • Tapi juga takut disakiti atau ditolak

  • Sehingga sering menjauh saat hubungan makin dekat

Hasilnya, hubungan mereka cenderung penuh dinamika emosional, sulit diprediksi, dan mudah menimbulkan konflik.

Penjelasan Pakar: Gaya Keterikatan dan Asalnya

Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., Psikolog, dalam siaran Radio Kesehatan Kemenkes RI, menyebut bahwa gaya keterikatan adalah cara seseorang menjalin dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.

โ€œAttachment style itu adalah gaya atau cara kita berinteraksi dengan orang lain,โ€ kata Medwin.

Dalam kasus fearful avoidant, gaya interaksi ini berkembang karena pengalaman masa kecil yang penuh ketegangan, misalnya:

  • Pengasuh yang kadang penuh kasih, tapi juga bisa marah atau menolak

  • Lingkungan rumah yang tidak stabil

  • Trauma, kehilangan orang tua, atau kekerasan emosional

Kondisi ini membuat anak belajar bahwa kedekatan bisa berbahaya, karena figur pengasuh adalah sumber cinta sekaligus sumber luka.

Ciri-Ciri Fearful Avoidant Attachment pada Orang Dewasa

Orang dewasa dengan gaya keterikatan ini biasanya mengalami konflik batin yang terus-menerus. Berikut beberapa tanda umum yang bisa dikenali:

  1. Ingin dekat tapi menjauh saat hubungan serius
    Ketika hubungan mulai terasa emosional, mereka mulai menarik diri karena takut disakiti.

  2. Sulit mempercayai orang lain
    Bahkan kepada pasangan dekat, mereka menyimpan rasa curiga dan kekhawatiran berlebih.

  3. Cemas ditinggalkan, tapi tetap menjaga jarak
    Mereka ingin kehadiran pasangan, tapi juga takut terikat terlalu dalam.

  4. Perubahan emosi yang ekstrem
    Bisa tampak hangat di satu waktu, lalu tiba-tiba dingin dan tertutup.

  5. Sulit mengungkapkan perasaan
    Mereka cenderung menyembunyikan emosi atau merasa tidak nyaman membicarakan hal-hal pribadi.

Menurut Verywell Health, kondisi ini menyebabkan mereka merasa dicintai tapi juga takut ditolak, sehingga sulit membangun hubungan yang stabil.

Dampak Fearful Avoidant Attachment dalam Hubungan

Gaya keterikatan ini bisa memicu berbagai tantangan dalam hubungan:

  • Pasangan menjadi bingung karena perubahan sikap yang tiba-tiba

  • Muncul konflik berulang karena kebutuhan emosional tidak terpenuhi

  • Ketegangan meningkat saat salah satu pihak butuh kedekatan, tapi yang lain justru menjauh

  • Kesulitan membangun kepercayaan dan komunikasi yang sehat

Dalam jangka panjang, hubungan yang dipengaruhi oleh fearful avoidant bisa berakhir karena keletihan emosional dari kedua belah pihak.

Bagaimana Fearful Avoidant Attachment Terbentuk?

Menurut Verywell Mind, gaya keterikatan ini berkembang dari:

  • Pengasuhan tidak konsisten: misalnya, saat anak kadang dipeluk tapi kadang juga dimarahi tanpa alasan jelas

  • Pengalaman trauma: seperti perceraian, kekerasan rumah tangga, atau kehilangan

  • Kekerasan emosional: pelecehan verbal, penghinaan, atau penolakan dari figur yang seharusnya melindungi

Pengalaman-pengalaman ini menciptakan pemahaman bahwa kedekatan bisa membahayakan, sehingga orang dewasa yang tumbuh dengan gaya ini cenderung menghindari hubungan emosional yang intens.

Cara Mengatasi Fearful Avoidant Attachment

Kabar baiknya, gaya keterikatan ini bisa diubah menjadi lebih aman dengan kesadaran dan dukungan yang tepat. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Kenali Pola Perilaku

Langkah pertama adalah mengenali dan menerima bahwa kamu memiliki pola fearful avoidant. Sadari reaksi otomatis saat:

  • Pasangan mulai terlalu dekat

  • Kamu merasa ingin menjauh tanpa sebab jelas

  • Rasa takut muncul saat hubungan terasa nyaman

โœ๏ธ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
๐Ÿ“Œ Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

๐Ÿ“ฑ Saluran Trenmedia ๐Ÿณ Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang โ€“ update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED