Dokter Ungkap Cara Makan Daging Merah Tanpa Ganggu Kesehatan Jantung
Daging merah seperti sapi, kambing, dan domba telah lama menjadi menu favorit banyak orang. Mulai dari steak, sate, rendang, hingga...
Read morePernahkah kamu merasa ingin dekat dengan seseorang, tapi justru menarik diri ketika hubungan mulai serius? Atau merasa cemas ditinggalkan, namun tetap menjaga jarak agar tidak terlalu terikat? Jika iya, bisa jadi kamu mengalami fearful avoidant attachment.
Menurut Kompas, gaya keterikatan ini sering terjadi pada orang dewasa yang mengalami pola pengasuhan tidak konsisten saat kecil. Dalam dunia psikologi, fearful avoidant juga dikenal sebagai disorganized attachment, yaitu gaya keterikatan yang membingungkan dan penuh pertentangan antara keinginan dan ketakutan terhadap kedekatan.
Fearful avoidant attachment merupakan salah satu dari empat gaya keterikatan dalam teori attachment style. Gaya ini ditandai oleh konflik batin yang kuat, yaitu keinginan akan hubungan yang dekat, namun disertai dengan ketakutan akan kedekatan itu sendiri.
Melansir dari Verywell Mind, individu dengan gaya ini biasanya:
Ingin dicintai dan merasa aman
Tapi juga takut disakiti atau ditolak
Sehingga sering menjauh saat hubungan makin dekat
Hasilnya, hubungan mereka cenderung penuh dinamika emosional, sulit diprediksi, dan mudah menimbulkan konflik.
Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., Psikolog, dalam siaran Radio Kesehatan Kemenkes RI, menyebut bahwa gaya keterikatan adalah cara seseorang menjalin dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
“Attachment style itu adalah gaya atau cara kita berinteraksi dengan orang lain,” kata Medwin.
Dalam kasus fearful avoidant, gaya interaksi ini berkembang karena pengalaman masa kecil yang penuh ketegangan, misalnya:
Pengasuh yang kadang penuh kasih, tapi juga bisa marah atau menolak
Lingkungan rumah yang tidak stabil
Trauma, kehilangan orang tua, atau kekerasan emosional
Kondisi ini membuat anak belajar bahwa kedekatan bisa berbahaya, karena figur pengasuh adalah sumber cinta sekaligus sumber luka.
Orang dewasa dengan gaya keterikatan ini biasanya mengalami konflik batin yang terus-menerus. Berikut beberapa tanda umum yang bisa dikenali:
Ingin dekat tapi menjauh saat hubungan serius
Ketika hubungan mulai terasa emosional, mereka mulai menarik diri karena takut disakiti.
Sulit mempercayai orang lain
Bahkan kepada pasangan dekat, mereka menyimpan rasa curiga dan kekhawatiran berlebih.
Cemas ditinggalkan, tapi tetap menjaga jarak
Mereka ingin kehadiran pasangan, tapi juga takut terikat terlalu dalam.
Perubahan emosi yang ekstrem
Bisa tampak hangat di satu waktu, lalu tiba-tiba dingin dan tertutup.
Sulit mengungkapkan perasaan
Mereka cenderung menyembunyikan emosi atau merasa tidak nyaman membicarakan hal-hal pribadi.
Menurut Verywell Health, kondisi ini menyebabkan mereka merasa dicintai tapi juga takut ditolak, sehingga sulit membangun hubungan yang stabil.
Gaya keterikatan ini bisa memicu berbagai tantangan dalam hubungan:
Pasangan menjadi bingung karena perubahan sikap yang tiba-tiba
Muncul konflik berulang karena kebutuhan emosional tidak terpenuhi
Ketegangan meningkat saat salah satu pihak butuh kedekatan, tapi yang lain justru menjauh
Kesulitan membangun kepercayaan dan komunikasi yang sehat
Dalam jangka panjang, hubungan yang dipengaruhi oleh fearful avoidant bisa berakhir karena keletihan emosional dari kedua belah pihak.
Menurut Verywell Mind, gaya keterikatan ini berkembang dari:
Pengasuhan tidak konsisten: misalnya, saat anak kadang dipeluk tapi kadang juga dimarahi tanpa alasan jelas
Pengalaman trauma: seperti perceraian, kekerasan rumah tangga, atau kehilangan
Kekerasan emosional: pelecehan verbal, penghinaan, atau penolakan dari figur yang seharusnya melindungi
Pengalaman-pengalaman ini menciptakan pemahaman bahwa kedekatan bisa membahayakan, sehingga orang dewasa yang tumbuh dengan gaya ini cenderung menghindari hubungan emosional yang intens.
Kabar baiknya, gaya keterikatan ini bisa diubah menjadi lebih aman dengan kesadaran dan dukungan yang tepat. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
Langkah pertama adalah mengenali dan menerima bahwa kamu memiliki pola fearful avoidant. Sadari reaksi otomatis saat:
Pasangan mulai terlalu dekat
Kamu merasa ingin menjauh tanpa sebab jelas
Rasa takut muncul saat hubungan terasa nyaman
Dengan kesadaran ini, kamu bisa menghentikan siklus reaktif yang biasanya terjadi.
Terapi atau konseling sangat membantu untuk menangani gaya keterikatan ini. Beberapa pendekatan yang direkomendasikan:
CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi berbasis attachment
Terapi trauma seperti EMDR
Terapis bisa membantu mengurai akar masalah dari masa lalu, serta membangun strategi untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat.
Salah satu tantangan fearful avoidant adalah kesulitan mengungkapkan kebutuhan. Oleh karena itu, penting untuk:
Belajar menyampaikan perasaan secara terbuka
Menjelaskan batasan dengan jelas
Mengomunikasikan ketakutan tanpa menyalahkan pasangan
Langkah kecil seperti berkata, “Aku butuh waktu sendiri, tapi bukan karena aku marah,” bisa membuat pasangan merasa dihargai dan tetap aman secara emosional.
Ciptakan rutinitas dan relasi yang bisa membuat kamu merasa diperhatikan tapi tidak terancam. Lingkungan aman bisa berasal dari:
Hubungan dengan teman yang suportif
Aktivitas yang menenangkan seperti journaling atau meditasi
Komunitas yang tidak menghakimi
Semakin aman lingkungan sekitarmu, semakin kecil kemungkinan kamu merasa perlu melindungi diri dengan menjauh.
Fearful avoidant attachment bukanlah penyakit, tapi pola yang bisa berubah. Dengan proses yang konsisten, seseorang bisa beralih ke secure attachment, yaitu gaya keterikatan yang sehat dan stabil.
Perjalanan ini memang tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin. Banyak orang yang berhasil keluar dari pola lama dan membangun hubungan yang penuh cinta dan pengertian.
Referensi: Kompas Lifestyle
Referensi tambahan: Verywell Mind
Referensi tambahan: Verywell Health
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Aplikasi video berbasis kecerdasan buatan (AI) buatan OpenAI, yaitu Sora, mencuri perhatian publik hanya beberapa hari setelah peluncurannya.Dalam waktu kurang...
Cek Tanah Kini Bisa Dilakukan Secara Online Mengecek bidang tanah adalah langkah penting sebelum membeli atau mengelola lahan. Berdasarkan penjelasan...