Miris, 56% Penduduk RI Hanya Tamat SMP ke Bawah, Dampaknya Sulit Cari Kerja
Kondisi sumber daya manusia di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam bidang pendidikan. Data terbaru menunjukkan bahwa 56,1 persen...
Read moreProgram Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi kebijakan andalan Presiden Prabowo Subianto, kini berada di bawah sorotan tajam baik dari publik dalam negeri maupun media internasional. Tujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah justru dibayangi krisis kepercayaan setelah serangkaian kasus keracunan massal menimpa ribuan siswa di berbagai daerah.
Dalam sepekan terakhir, lebih dari 1.000 anak di Jawa Barat jatuh sakit setelah menyantap makan siang gratis dari program ini. Gejalanya tidak sekadar sakit perut, tetapi juga pusing, mual, hingga sesak napas—hal yang jarang terjadi pada keracunan makanan biasa. Tragedi ini membuat dunia internasional menyorot tata kelola program bernilai ratusan triliun rupiah tersebut.
Media Inggris BBC menulis artikel berjudul “Over 1,000 children fall ill from free school lunches in Indonesia”. Dalam laporannya, BBC menyebut 1.258 siswa di Cipongkor, Jawa Barat mengalami keracunan antara Senin hingga Rabu. Jumlah ini menambah daftar panjang setelah sebelumnya sekitar 800 anak di Jawa Barat dan Sulawesi Tengah juga jatuh sakit.
BBC menekankan bahwa program MBG, yang ditujukan untuk memberi makan siang gratis bagi 80 juta anak sekolah, kini menghadapi tantangan serius. Media tersebut juga mengutip pernyataan Kepala Puskesmas Cipongkor yang menyebut beberapa korban mengalami sesak napas, sebuah gejala tidak biasa dalam keracunan makanan.
Lebih jauh, BBC mengangkat komentar dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang memperkirakan korban sebenarnya mencapai 6.452 anak per 21 September. BBC juga menyinggung kontroversi biaya besar program, yang diperkirakan mencapai 28 miliar dolar AS (Rp 469 triliun), menjadikannya salah satu program makan gratis termahal di dunia.
Tak hanya BBC, kantor berita internasional Reuters juga menurunkan laporan berjudul “Over 1,000 Indonesians sick from school meals in more food poisoning outbreaks”. Reuters mencatat kasus keracunan terjadi di empat wilayah Jawa Barat, termasuk Bandung Barat dan Sukabumi.
Dalam laporannya, Reuters menyoroti kondisi rumah sakit kecil di Bandung Barat yang kewalahan menghadapi lonjakan pasien. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bahkan menyebut bahwa lebih dari 470 siswa jatuh sakit pada Senin, disusul kejadian serupa dua hari kemudian sehingga jumlah korban mencapai sedikitnya 580 anak.
Reuters juga memuat kisah seorang siswi bernama Lisa Bila Zahara (15) yang mengalami muntah dan sakit kepala 30 menit setelah makan ayam kecap dan tahu goreng. “Saya ingin program ini dihentikan. Saya takut ini akan terjadi lagi,” katanya. Sang ibu bahkan melarangnya kembali menyantap makanan MBG.
Reuters menekankan bahwa sejak program ini diluncurkan Januari lalu, lebih dari 6.400 anak di seluruh Indonesia telah menjadi korban keracunan makanan. Laporan itu juga menyingkap masalah teknis di dapur penyedia, di mana makanan dimasak sejak malam karena jarak dapur jauh dari sekolah. Saat makanan panas langsung ditutup, proses pendinginan terhambat sehingga makanan cepat basi.
Sementara itu, The Independent menyoroti kasus ini dengan artikel bertajuk “Indonesia’s free school meals program under scrutiny as 5,000 children fall ill”. Media Inggris ini menyorot suasana dramatis rumah sakit, di mana anak-anak menangis kesakitan sambil memegangi perut, sementara polisi dan tenaga medis sibuk mengevakuasi korban menggunakan ambulans, truk, hingga mobil van.
The Independent menyebut bahwa Badan Gizi Nasional mencatat 1.376 kasus keracunan sejak Januari hingga Juni. Namun angka itu melonjak menjadi 4.711 kasus hanya dalam sepekan terakhir, dengan lebih dari 1.000 korban di Jawa Barat.
Pemerintah daerah kemudian menangguhkan dapur-dapur yang terlibat, serta membentuk satgas berisi ahli gizi dan tenaga kesehatan untuk memperketat pengawasan. Kepala BGN menegaskan bahwa dari 1 miliar porsi yang telah dimasak selama sembilan bulan program, hanya sekitar 4.711 yang terkontaminasi.
Namun, The Independent juga menyoroti data berbeda dari lembaga lain: Kantor Staf Presiden menyebut korban mencapai lebih dari 5.000, Kementerian Kesehatan mencatat 5.207, sementara BPOM melaporkan 5.320 korban.
Organisasi non-profit Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives menilai angka resmi hanyalah “puncak gunung es”. CEO lembaga tersebut, Diah Saminarsih, mengatakan jumlah kasus diyakini lebih besar karena banyak pihak enggan melapor.
Selain persoalan teknis dapur penyedia, sorotan media asing juga menggarisbawahi dampak psikologis pada siswa. Banyak anak yang trauma dan menolak kembali mengonsumsi makanan MBG. Orang tua pun cemas dan kehilangan kepercayaan terhadap program.
Rumah sakit kecil di daerah harus menerima ratusan pasien dalam waktu singkat. Kondisi ini menekan kapasitas layanan kesehatan yang sebenarnya sudah terbatas. Reuters menekankan bagaimana ruang gawat darurat penuh sesak, sementara tenaga medis harus bekerja ekstra.
BBC, Reuters, dan The Independent sama-sama menyoroti desakan agar pemerintah menghentikan sementara program MBG. JPPI menegaskan bahwa keselamatan anak harus ditempatkan di atas kepentingan politik.
“Program makan gratis ini telah gagal menjamin keamanan pangan. Presiden harus menghentikan sementara dan melakukan evaluasi menyeluruh,” ujar koordinator JPPI, dikutip oleh BBC dan The Independent.
Sorotan media asing semakin menambah tekanan terhadap pemerintah untuk memastikan evaluasi menyeluruh dilakukan, mulai dari sistem dapur, distribusi, hingga pengawasan mutu makanan.
Secara konsep, program Makan Bergizi Gratis memiliki tujuan yang sangat baik: mengurangi stunting, meningkatkan kualitas gizi, dan membantu keluarga kurang mampu. Namun, kasus keracunan massal yang berulang memperlihatkan kelemahan serius dalam tata kelola.
Media asing menyoroti bahwa masalah sederhana seperti memasak lebih awal, penyimpanan yang tidak sesuai, hingga distribusi dengan jarak tempuh jauh bisa berakibat fatal. Jika tidak diperbaiki, kelemahan teknis ini akan terus menimbulkan kasus baru.
Kini, bukan hanya publik Indonesia yang menyorot program MBG, tetapi juga media asing yang mempublikasikan krisis ini ke audiens global. Dari BBC yang menekankan angka korban, Reuters yang menyoroti beban rumah sakit, hingga The Independent yang menegaskan seruan penghentian program, semuanya menunjukkan bahwa masalah ini bukan sekadar isu lokal, melainkan persoalan tata kelola program berskala nasional dengan perhatian dunia.
Dengan nilai program mencapai ratusan triliun rupiah dan cakupan hingga puluhan juta anak, keberhasilan maupun kegagalannya akan menjadi catatan penting tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia internasional.
TrenMedia.co.id, sebuah portal informasi digital yang hadir untuk menyajikan berita, artikel, dan tren terbaru. Kami percaya bahwa informasi yang tepat, akurat, dan relevan adalah kunci untuk membuka wawasan masyarakat di era serba cepat ini.
Kondisi sumber daya manusia di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam bidang pendidikan. Data terbaru menunjukkan bahwa 56,1 persen...
Read moreCloud cake adalah salah satu kreasi kue modern yang tengah populer. Dinamakan “cloud” karena teksturnya begitu lembut, ringan, dan lumer...
Kondisi sumber daya manusia di Indonesia masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam bidang pendidikan. Data terbaru menunjukkan bahwa 56,1 persen...