Pendaki Rayakan HUT RI di Gunung Bawakaraeng: Puluhan Hipotermia, Satu Tewas

Pemandangan jalur pendakian di Gunung Bawakaraeng dengan vegetasi pegunungan dan langit cerah—menggambarkan kondisi alam yang bisa berubah drastis saat cuaca ekstrem. (Foto: Suara.com/Basarnas)
Pemandangan jalur pendakian di Gunung Bawakaraeng dengan vegetasi pegunungan dan langit cerah—menggambarkan kondisi alam yang bisa berubah drastis saat cuaca ekstrem. (Foto: Suara.com/Basarnas)

Pemandangan jalur pendakian di Gunung Bawakaraeng dengan vegetasi pegunungan dan langit cerah—menggambarkan kondisi alam yang bisa berubah drastis saat cuaca ekstrem

Minggu pagi, suasana di puncak Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, seharusnya meriah dengan bendera merah putih dikibarkan sebagai cara merayakan HUT ke‑80 Republik Indonesia. Namun ternyata, bukan hanya kebanggaan yang muncul, melainkan kondisi ekstrem yang memicu insiden serius.

Menurut Basarnas Makassar, hingga malam hari tercatat 65 pendaki mengalami gangguan kesehatan, mayoritas hipotermia dan sisanya ada yang keluhan asam lambung. Data ini diperbarui setelah laporan awal yang sempat menyebut angka 32 orang saja.

Salah satu pendaki, Irfan (24) asal Kabupaten Bone, menjadi korban yang paling disorot — diketahui meninggal saat proses evakuasi dari puncak karena hipotermia berat.

Irfan dan rombongannya, sebanyak 16 orang, memulai pendakian dari Bulu Baria pada 12 Agustus dan tiba di puncak pada 16 Agustus. Pagi harinya, Tim Siaga Merah Putih menemukan Irfan dalam kondisi hipotermia yang sangat serius. Meskipun mendapat penanganan, kondisinya tak kunjung membaik.

Upaya evakuasi pun dilakukan dengan menandu Irfan turun melalui pos 10 menuju pos 8, tapi nyawanya tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal oleh tim Dokpol Polda Sulsel saat evakuasi berlangsung. Jenazah kemudian dibawa ke Puskesmas Tinggimoncong dan diserahkan ke keluarga untuk dibawa ke rumah duka di Desa Carubbu dengan ambulans.

Ada lebih dari 4.000 pendaki tercatat di Posko Lembanna—pos utama Siaga Merah Putih di kaki Gunung Bawakaraeng. Mereka datang dari berbagai pos registrasi seperti Bulu Ballea, Lembanna, Tassoso, hingga Panaikang untuk merayakan HUT RI dari puncak gunung.

Namun, perayaan ini terganggu cuaca ekstrim yang menyebabkan suhu turun drastis—menyebabkan banyak pendaki terpapar hipotermia. Beberapa juga mengalami asam lambung karena faktor kelelahan, medan berat, atau mungkin perubahan tekanan saat di ketinggian.

Tim SAR dan siaga yang dipersiapkan di gunung segera melakukan evakuasi dan pertolongan. Namun, medan berbatu, suhu rendah, serta kondisi fisik beberapa pendaki yang mulai melemah membuat proses evakuasi berlangsung tidak mudah—khususnya saat membawa jenazah Irfan turun ke pos yang lebih aman.

Penanganan terhadap 65 pendaki yang sakit terbagi antara mereka yang butuh penanganan medis ringan dan yang cukup serius—semuanya ditangani sesuai prosedur di pos bawah.

Catatan Tambahan

  • Hipotermia memang musuh utama dalam pendakian cuaca dingin. Saat tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya memproduksi, risiko bahaya meningkat drastis.
  • Persiapan fisik dan perlengkapan jadi kunci. Jaket hangat, peralatan tidur sesuai suhu, dan pemantauan kondisi tubuh sangat penting.
  • Perayaan di puncak boleh semangat, tapi keseimbangan antara semangat patriotisme dan kesiapan lapangan mutlak dibutuhkan.
✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED