Libur Nataru Makin Mudah Nikmati Tarif Spesial LRT Jabodebek Maksimal Rp 10 Ribu
Bagi masyarakat yang berencana bepergian menggunakan LRT Jabodebek selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, ada kebijakan tarif yang...
Read more
Pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara impor limbah besi dan baja setelah munculnya kasus pencemaran zat radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Cikande, Serang, Banten. Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah risiko serupa terjadi di masa depan dan memastikan keamanan masyarakat di sekitar wilayah terdampak.
Menurut laporan dari DetikNews, keputusan penghentian impor tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq saat meninjau lokasi pencemaran di Cikande pada Senin (13/10/2025). Ia menyebut, langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menata kembali sistem pengelolaan limbah industri berbahan logam.
“Hari ini Kementerian Lingkungan Hidup telah menghentikan importasi skrap baja dan besi. Kementerian Perdagangan juga telah mengikutinya dengan menghentikan impor skrap besi dan baja sampai ada penyelesaian penataan tata laksana di industrinya maupun di portal masuknya,” kata Hanif Faisol Nurofiq di Cikande, Serang.
Temuan zat radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Cikande menjadi sorotan publik karena mengandung risiko serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Berdasarkan penjelasan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Cesium-137 biasanya digunakan dalam peralatan industri seperti pengukur kerapatan atau kelembapan tanah, namun bila bocor ke lingkungan, zat ini bisa menimbulkan paparan radiasi berbahaya.
Menurut data sementara, pencemaran ini terdeteksi pada area pengolahan logam bekas yang diduga berasal dari limbah baja impor. Dugaan sementara menunjukkan bahwa sebagian limbah yang masuk ke Indonesia tercampur dengan sisa bahan radioaktif yang seharusnya tidak beredar bebas.
Pemerintah pun segera membentuk tim gabungan yang terdiri dari Bapeten, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Brimob Polri, dan pemerintah daerah Banten untuk melakukan proses dekontaminasi serta penelusuran sumber utama pencemaran.
Menteri Lingkungan Hidup menegaskan bahwa pemerintah saat ini fokus pada proses pembersihan lokasi dan memastikan tidak ada dampak lanjutan terhadap masyarakat sekitar. “Langkah-langkah terpadu kita lakukan, harapan kita masalah ini dapat segera diselesaikan secepatnya sehingga memberikan rasa aman dan kepastian terkait penyelesaian kasus ini,” ujarnya.
Tim gabungan telah melakukan pengukuran tingkat radiasi di sekitar lokasi serta mengambil sampel tanah untuk diperiksa di laboratorium BRIN. Hasil awal menunjukkan adanya paparan radiasi di atas batas normal di beberapa titik, meskipun belum sampai pada level yang berbahaya bagi penduduk.
Selain dekontaminasi, pemerintah juga memperketat pengawasan pintu masuk barang impor, khususnya untuk bahan logam bekas. Menurut Hanif, setiap pengiriman limbah industri kini wajib melalui proses pemeriksaan tambahan dengan alat pendeteksi radiasi.
Menurut Hanif Faisol, zat Cesium-137 yang ditemukan di Cikande kemungkinan besar berasal dari limbah logam impor. Namun, pemerintah masih menelusuri dua kemungkinan sumber, yaitu dari impor skrap baja dan besi atau kebocoran pelimbahan radioaktif dari aktivitas komersial di dalam negeri.
“Upaya penelusuran terhadap sumber Cesium-137 terus dilakukan secara masif dari dua sisi: dari sisi importasi skrap baja dan besi, maupun dari kemungkinan kebocoran pelimbahan penggunaan Cesium-137 untuk kepentingan komersial. Dua sisi ini sedang didalami oleh Bareskrim,” katanya.
Berdasarkan informasi yang beredar, bahan Cesium-137 sering digunakan dalam industri alat ukur dan radiografi. Karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap radiasi, setiap peredaran dan penggunaannya sebenarnya sudah diatur ketat oleh Bapeten. Namun, celah pada proses impor limbah logam memungkinkan adanya zat radioaktif yang ikut terbawa tanpa terdeteksi.
Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Cesium-137 adalah isotop radioaktif yang memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun. Zat ini dapat menghasilkan radiasi gamma yang berbahaya bagi makhluk hidup. Bila masuk ke tubuh manusia melalui makanan, udara, atau kontak langsung, Cesium-137 bisa menyebabkan gangguan serius pada sel dan organ.
Paparan radiasi dalam jangka panjang dapat memicu berbagai penyakit seperti kerusakan jaringan, gangguan saraf, hingga peningkatan risiko kanker. Selain itu, zat ini juga bisa mencemari air tanah dan ekosistem sekitar lokasi pencemaran. Oleh karena itu, proses pembersihan dan pemantauan lingkungan akan terus dilakukan hingga area benar-benar dinyatakan aman.
Sebagai tindak lanjut dari insiden ini, pemerintah tengah menyusun peraturan baru terkait tata laksana impor limbah logam. Regulasi tersebut akan memperketat persyaratan izin dan pengawasan, termasuk penerapan sistem sensor radiasi di pelabuhan.
Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.
📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral
Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!
Jalan kaki dikenal sebagai aktivitas fisik sederhana yang mudah dilakukan siapa saja. Namun muncul pertanyaan, berapa sebenarnya jumlah langkah kaki...
Hipertensi atau tekanan darah tinggi selama ini identik dengan penyakit orang tua. Namun kenyataannya, kondisi ini kini semakin banyak ditemukan...