ChatGPT Jadi Game Changer: Chegg, Platform Bimbel Online, Kena Imbas Serius

Kehadiran ChatGPT ternyata benar-benar ‘mengacaukan’ lanskap belajar online. Contohnya Chegg, salah satu platform bimbel digital terbesar, yang dilaporkan mengalami krisis parah: mulai dari pelanggan kabur, saham jeblok, hingga pemangkasan staf—semuanya karena kehadiran AI seperti ChatGPT.

Chegg sempat jadi tumpuan banyak pelajar sejak 2006—dengan biaya langganan sekitar USD 19,95 per bulan (sekitar Rp 315 ribu), mereka bisa dapat jawaban soal dan konsultasi pakar. Namun sejak ChatGPT populer, lebih dari setengah juta pelanggan memilih berhenti berlangganan. Alhasil, saham Chegg anjlok drastis sampai hampir 99 persen, dari puncak sekitar USD 113 turun ke USD 1,86 per lembar saham saja.

Chegg sempat anggap remeh ChatGPT saat dirilis—eksekutif menilai AI tersebut kurang akurat. Namun data internal memperlihatkan bahwa GPT-4 justru mulai memberi jawaban yang lebih akurat dibanding pakar manusia mereka.

Mereka lalu berusaha menyesuaikan:

Kolaborasi dengan OpenAI untuk produk bernama Cheggmate, yang menggabungkan GPT-4 dengan data Chegg—tapi tetap kurang efektif menjaga pelanggan.

Bekerjasama dengan Scale AI untuk membangun sistem AI internal.

Mendesain ulang platform agar mirip ChatGPT (fitur tanya jawab langsung).

Sayangnya, langkah-langkah ini belum berhasil menghentikan penurunan pengguna.

Akibat tekanan ini, CEO lama Dan Rosensweig mundur di tengah krisis. CEO baru, Nathan Schultz, ambil langkah nyata: memangkas 441 karyawan demi efisiensi, fokus ekspansi global, dan mencoba memperluas layanan Chegg—tidak hanya soal PR, tapi juga materi dan dukungan pelajar lebih luas.