Perjalanan Novel Na Willa ke Layar Lebar Disutradarai Kreator Jumbo

Visinema Pictures resmi mengumumkan adaptasi novel populer Na Willa ke layar lebar dengan format live action. Proyek ini dikerjakan oleh Ryan Adriandhy, kreator di balik kesuksesan film animasi Jumbo yang sebelumnya menuai respons positif dari penonton. Adaptasi ini menjadi salah satu proyek film keluarga yang paling dinantikan, terutama karena novel Na Willa memiliki basis pembaca yang kuat sejak diterbitkan pada 2012.

Novel karya Reda Gaudiamo ini dikenal melalui penokohan gadis kecil bernama Na Willa dan latar cerita Surabaya pada dekade 60 hingga 70-an. Cerita yang hangat, polos, dan penuh rasa ingin tahu membuat novel tersebut memiliki keunikan yang jarang ditemui dalam literatur anak Indonesia. Menurut penjelasan yang disampaikan oleh kreator dalam sesi jumpa media di Cikini, Jakarta Pusat, proyek film ini dipilih bukan semata karena popularitas novel, melainkan karena ikatan emosional sang sutradara terhadap karakter utamanya.

Dalam keterangannya, Ryan menyebut bahwa ia sudah lama menyukai karya tersebut. “Kalau Na Willa sendiri dari bukunya aku sudah sangat cinta sekali bagaimana Reda Gaudiamo itu menulis karakter dan bagaimana dia respect terhadap karakter anak,” kata Ryan. Ia menambahkan bahwa dinamika dunia anak dan dunia orang dewasa dalam novel itu tidak pernah dibuat terpisah sehingga memiliki kedalaman emosional yang kuat. Menurut Ryan, inilah unsur yang membuat karakter Na Willa sangat membekas.

Visi Kreatif dan Pendekatan Live Action

Tidak seperti Jumbo yang diproduksi sebagai animasi, Ryan memilih pendekatan live action untuk adaptasi Na Willa. Menurut penjelasannya, keputusan ini diambil untuk menghadirkan suasana nostalgia serta kehangatan realistik yang lebih lekat dengan latar era 1960-an. “Karena pas aku baca yang menyentuh itu adalah bagaimana lensa Na Willa itu melihat dunia di sekitarnya. Dan bagaimana era 1960-an itu dihidupnya Na Willa, cara dia berinteraksi dengan sekitarnya itu sangat kontekstual dan jiwanya di situ,” kata Ryan.

Pendekatan live action ini memberikan ruang lebih luas untuk menghadirkan detail visual yang mampu menguatkan atmosfer cerita. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi tim produksi dalam membangun ulang elemen-elemen periode 60 hingga 70-an secara akurat, mulai dari tata pakaian hingga lanskap kota.

Chief Content Officer Visinema Studios, Anggia Kharisma, menekankan bahwa adaptasi ini bukan sekadar memindahkan cerita dari halaman buku ke medium visual. Ia menyebut visualisasi film diharapkan dapat membantu penonton masuk lebih dalam ke dunia anak-anak yang jarang digarap dalam sinema keluarga Indonesia. Menurutnya, kehadiran medium film dapat memperluas ekspresi cerita sekaligus mempertahankan keintiman narasi aslinya.

Dalam sesi lainnya, melalui tayangan video, Reda Gaudiamo mengungkapkan rasa harunya mengetahui karyanya akan diadaptasi oleh tim Visinema. Ia menilai bahwa kisah Na Willa berada di tangan yang tepat. “Saat tahu bahwa Visinema tertarik untuk memfilmkan Na Willa dalam bentuk live action, saya merasa sangat senang, bangga, dan terharu. Saya tahu Na Willa berada di tangan yang tepat, tangan-tangan yang mencintai Na Willa dan itu terasa kehangatannya,” kata Reda.

Reda berharap film ini dapat dinikmati oleh penonton dari berbagai usia seperti halnya bukunya yang telah mengisi masa kecil banyak pembaca. Harapan ini sejalan dengan visi yang ingin ditampilkan dalam adaptasi tersebut.