Skandal Naturalisasi Malaysia Jadi Peringatan Serius bagi Sepak Bola Asia Tenggara

Skandal naturalisasi Malaysia menyoroti dampak penggunaan pemain asing ilegal di Asia Tenggara dan peringatan serius bagi sepak bola regional. (Foto: Twitter @FAM_Malaysia)
Skandal naturalisasi Malaysia menyoroti dampak penggunaan pemain asing ilegal di Asia Tenggara dan peringatan serius bagi sepak bola regional. (Foto: Twitter @FAM_Malaysia)

Skandal naturalisasi Malaysia menyoroti dampak penggunaan pemain asing ilegal di Asia Tenggara dan peringatan serius bagi sepak bola regional

Skandal Naturalisasi Malaysia dan Dampaknya bagi Asia Tenggara

Dugaan penggunaan pemain asing secara ilegal oleh tim nasional Malaysia mengguncang dunia sepak bola Asia Tenggara. Kemenangan 4-0 Malaysia atas Vietnam dalam kualifikasi Piala Asia yang semula dipuji, kini justru menjadi sorotan tajam setelah badan sepak bola dunia, FIFA, menemukan indikasi manipulasi data kelahiran pemain.

Menurut laporan FIFA, terdapat tujuh pemain kelahiran luar negeri yang menggunakan akta kelahiran palsu untuk mengklaim bahwa kakek-nenek mereka lahir di Malaysia. Atas pelanggaran itu, FIFA menjatuhkan denda sebesar 438.000 dolar AS (sekitar Rp7 miliar) dan menangguhkan pemain yang terlibat dari seluruh kompetisi resmi.

Asosiasi Sepak Bola Malaysia (Football Association of Malaysia/FAM) menolak tuduhan tersebut dan menyatakan akan mengajukan banding. Dalam keterangan resminya, FAM menegaskan bahwa mereka percaya tidak ada bukti kuat yang mendukung tuduhan FIFA dan akan bekerja sama dalam proses investigasi lanjutan.

Kasus ini menyoroti praktik naturalisasi pemain di Asia Tenggara yang kian marak dalam upaya memperkuat tim nasional, terutama di tengah meningkatnya kompetisi menuju Piala Dunia 2026.


Peringatan Bagi Negara Asia Tenggara

Skandal Malaysia menjadi peringatan keras bagi negara-negara tetangga. Sasi Kumar, mantan pemain internasional Singapura sekaligus pakar pemasaran olahraga yang berbasis di Madrid, menyebut kasus ini sebagai refleksi penting.

“Ini adalah peringatan bagi Asia Tenggara,” kata Kumar. “Negara lain pasti berpikir ulang, karena kita semua harus lebih berhati-hati.”

Ia mencontohkan bahwa di Singapura, proses naturalisasi berjalan jauh lebih hati-hati. Kumar menyinggung upaya negerinya mendatangkan Perry Ng, pemain Cardiff City asal Liverpool yang memiliki darah Singapura. Meski sudah hampir dua tahun, proses naturalisasi Ng belum juga selesai.

Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pendekatan antarnegara. Malaysia bergerak cepat dengan naturalisasi massal, sementara Singapura memilih jalur yang lebih ketat dan bertahap.


Regulasi FIFA dan Kompleksitas Kewarganegaraan

FIFA sendiri telah memperketat aturan sejak 2008. Jalur paling umum untuk naturalisasi adalah hubungan keluarga langsung seperti kakek atau nenek, atau masa bermain lima tahun berturut-turut di liga domestik. Sebelumnya, cukup dua tahun bermain untuk bisa membela tim nasional.

Aturan ini diperketat karena beberapa negara, seperti Qatar, pernah menaturalisasi sejumlah pemain Brasil tanpa hubungan keluarga yang jelas.

Menurut Shaji Prabhakaran, anggota Komite Eksekutif Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), kasus Malaysia bukan hanya tentang regulasi FIFA, tetapi juga perbedaan hukum kewarganegaraan di tiap negara.

“Sangat sulit mengubah regulasi. Jadi aturan yang ada harus dijalankan dengan sistem cek dan keseimbangan serta dokumentasi yang jelas,” ujar Prabhakaran. “Keterbukaan adalah kuncinya.”


✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED