Rektor Binus Ingatkan: Mahasiswa yang Tidak Memahami AI Justru Lebih Berisiko

Rektor Binus University, Dr Nelly, menegaskan pentingnya pemahaman dasar AI untuk mahasiswa dari semua jurusan agar bisa memanfaatkannya secara etis dan produktif. (Sumber: Tribunnews)
Rektor Binus University, Dr Nelly, menegaskan pentingnya pemahaman dasar AI untuk mahasiswa dari semua jurusan agar bisa memanfaatkannya secara etis dan produktif. (Sumber: Tribunnews)

Rektor Binus University, Dr Nelly, menegaskan pentingnya pemahaman dasar AI untuk mahasiswa dari semua jurusan agar bisa memanfaatkannya secara etis dan produktif

1. Kenapa AI Bisa Jadi ‘Bahaya’ Kalau Mahasiswa Gak Paham?

Di sebuah pertemuan di New Taipei City, Taiwan, Rektor Binus University, Dr Nelly, mengambil topik menarik tentang AI. Ia bilang kalau mahasiswa, apapun jurusannya, wajib paham dasar-dasar AI. Kenapa? Karena itu penting supaya mereka bisa memanfaatkan teknologi ini dengan cerdas — bukan malah tergantung atau jadi korbannya.

Menurutnya:

“Kalau dia tahu, dia jadi bisa memanfaatkannya untuk kompetensi masing-masing. Kalau nggak, lebih bahaya.”

Artinya, memahami cara kerja AI fundamental bahkan lebih penting ketimbang menghindarinya. Kalau kita nggak paham, bisa jadi terjebak dalam ketergantungan, salah kaprah, atau bahkan disalahgunakan.

2. Ternyata, AI Sudah Ada Sehari-hari

Gak cuma di lab atau startup, AI sebenernya sudah menyentuh kehidupan sehari-hari — misalnya saat kamu pakai email. Otomatis fitur saran kata atau prediksi kalimatnya juga hasil kerja algoritma AI, lho. Dr Nelly bilang, di platform harian seperti email, data kita sudah otomatis direkam dan dianalisis AI.

Jadi, sadar atau tidak, kamu sudah cukup akrab sama AI. Yang kurang biasanya cuma pemahamannya — gimana AI bekerja, data apa yang digunakan, sampai etika apa yang harus kita pegang saat pakai AI.

3. Binus Gak Cuma Bicara, Tapi Juga Beraksi

Toh gak cuma omong, Binus University sudah bergerak. Sejak 2017, kampus ini mendirikan AI Research and Development Center berkolaborasi dengan NVIDIA dan Kinetica. Tujuannya jelas: selain jadi pusat riset, juga tempat mahasiswa mengenal AI secara mendalam dan bertanggung jawab.

4. Pandangan dari Luar: Harvard Bukan Saja Pakai AI, Tapi Ajarkan Etiknya juga

Nggak cuma Binus aja yang punya inisiatif. Di Harvard Graduate School of Education, dosen Houman Harouni juga memberi ide keren soal bagaimana guru dan mahasiswa harus merespons AI generatif.

Alih-alih menolak AI, Harouni justru men-support penggunaan AI di kelas — asal dengan pengalaman kritis dan reflektif.

Beberapa tipsnya:

  • Minta siswa bereksperimen dengan AI di rumah, dokumentasikan prosesnya, lalu bahas di kelas.

  • Latih mereka mempertanyakan jawaban AI, memahami kerangka logika yang muncul, dan menguji kualitas jawabannya.

  • Gunakan AI sebagai alat refleksi: ketika jawaban AI lebih baik dari milik siswa, itu jadi momen penting untuk belajar kritis dan introspeksi

✍️ Ditulis oleh: Fadjri Adhi Putra & Fahmi Fahrulrozi
📌 Editor: Redaksi Tren Media

Ikuti Saluran Resmi Trenmedia di WhatsApp!
Dapatkan berita terkini, tren viral, serta tips inspiratif langsung dari redaksi.

📱 Saluran Trenmedia 🍳 Saluran Resep Masakan Viral

Klik dan bergabung sekarang – update terbaru langsung masuk ke WhatsApp kamu!

BERITATERKAIT

BERITATERBARU

INSTAGRAMFEED